Surat Pendek Al Quran – Sebenarnya surat pendek al Quran cukup banyak, terutama di juz 30 atau juz terakhir. Tapi kali ini kita mengupas tiga surat pendek al Quran saja. Kita mengupas keutamaannya sesuai hadits yang ada dalam Shahih Bukhari.
Tiga surat pendek al Quran ini adalah tiga surat terakhir; yaitu surat Al Ikhlas, surat al Falaq dan surat an Naas. Semua muslim pasti menghafalnya. Selain mudah dihafal, juga memang sering didengar dalam majelis-majelis pengajian sebagai wirid pembuka maupun wirid penutup. Surat pendek al Quran ini juga menjadi pilihan yang paling sering digunakan dalam shalat kebanyakan kita, bila kondisi waktu terbatas.
Kali ini, kita akan menyeksamai hadits–hadits yang menuturkan tentang keutamaan tiga surat pendek al Quran ini, sekaligus menyelami makna kandungannya. Agar kita tidak saja mengetahui keutamaannya, melainkan juga menjiwainya sebagai mentalitas keseharian. Sebab kita mewiridkannya bukan sekadar membaca, melainkan juga menghayatinya hingga menjadi mentalitas hidup kita.
Keutamaan Tiga Surat Pendek Al Quran Ini dalam Shahih Bukhari
Beberapa hadits berikut adalah sabda maupun isyarat Rasulullah yang menjelaskan akan keutamaan tiga surat pendek al Quran yang paling akhir. Hadits–hadits berikut terdapat dalam Shahih Bukhari. Mari kita seksamai satu-persatu.
أن رجلا سمع رجلا يقرأ قل هو الله أحد يرددها فلما أصبح جاء إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم فذكر ذلك له وكأن الرجل يتقالها فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم والذي نفسي بيده إنها لتعدل ثلث القرآن
Hadits ini lengkapnya sebagai berikut:
Telah berkata kepada kami Abdullah bin Yusuf dari Malik dari Abdurrahman bin Abdullah bin Abdurrahman bin Abi Sha’sha’ah dari ayahnya dari Abi Sa’id al Khudri: “Bahwa seorang lelaki mendengar seorang lelaki membaca ‘Qul huwallahu ahad’ secara berulang. Pada pagi harinya, lelaki itu datang kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan menceritakan hal itu, yang dianggapnya sangat sedikit. Maka Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sesungguhnya itu menyamai sepertiga al Quran.’”
Dan Abu Mu’ammar telah menambahkan, telah berkata kepada kami Ismail bin Ja’far dari Malik bin Anas dari Abdurrahman bin Abdullah bin Abdurrahman bin Abi Sha’sha’ah dari ayahnya dari Abi Sa’id al Khudri: telah mengabarkan kepadaku saudaraku Qatadah bin an Nu’man bahwa seorang lelaki berdiri shalat pada zaman Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam di waktu sahur dan membaca ‘Qul huwallahu ahad’, tidak menambahnya. Maka ketika pagi hari, seseorang datang kepada Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam dengan hadits seperti itu.
Juga terdapat hadits serupa lainnya terkait keutamaan surat al Ikhlas sebagai berikut:
الله الواحد الصمد ثلث القرآن
Riwayat lengkapnya sebagai berikut:
Telah berkata kepada kami Umar bin Hafsh, telah berkataka kepada kami ayahku dari A’masy dari Ibrahim dan adh Dhahak al Masyriqi dari Abu Sa’id al Khudri radhiyallahu ‘anhu, bersabda Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam kepada sahabat-sahabatnya, “Apakah salah satu dari kalian tidak mampu membaca sepertiga al Quran pada setiap malam?” Sahabat pun merasa kesulitan, lalu berkata: “Siapakah di antara kami yang mampu membaca seperti itu, wahai Rasulullah?” Maka beliau bersabda: “Allahul waahid ash shamad (maksudnya surat al Ikhlas) nilainya sepertiga al Quran.”
Adapun yang juga terkait surat Al Falaq dan An Naas, terdapat hadits berikut:
أن رسول الله صلى الله عليه وسلم كان إذا اشتكى يقرأ على نفسه بالمعوذات وينفث
Yang lengkapnya sebagai berikut:
Telah berkata kepada kami Abdullah bin Yusuf dari Malik dari Ibnu Syihab dari Urwah dari Aisyah radhiyallahu ‘anha bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam apabila sakit maka beliau membaca untuk dirinya sendiri mu’awwidzat (surat al Ikhlas, al Falaq dan an Naas) dan meniupkannya. Jika semakin parah, maka aku membacanya dan aku usap tangan beliau mengharap berkahnya.
Juga terdapat hadits lainnya yang pesannya pun terkait keutamaan mu’awwidzaat sebagai berikut:
أن النبي صلى الله عليه وسلم كان إذا أوى إلى فراشه كل ليلة جمع كفيه ثم نفث فيهما فقرأ فيهما قل هو الله أحد و قل أعوذ برب الفلق و قل أعوذ برب الناس ثم يمسح بهما ما استطاع من جسده يبدأ بهما على رأسه ووجهه وما أقبل من جسده يفعل ذلك ثلاث مرات
Lengkapnya sebagai berikut:
Telah berkata kepada kami Qutaibah bin Sa’id dari al Mufadhal bin Fadhalah dari ‘Uqail dari Ibnu Syihab dari ‘Urwah dari ‘Aisyah bahwa Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam dahulu jika menuju tempat tidur setiap malam beliau menggabungkan kedua telapak tangan dan meniup keduanya kemudian membaca Qul Huwallaahu Ahad dan Qul A’udzu bi robbil falaq dan Qul A’udzu bi robbin naas kemudian mengusap tubuh beliau yang bisa dijangkau dengan kedua telapak tangan. Dimulai dengan kepala, wajah, dan bagian depan dari tubuh beliau. Beliau melakukannya tiga kali.
Surat Pendek Al Quran Ini Disebut Mu’awwidzaat
Kalau kita mendapati istilah surat mu’awwidzaat, maka maksudnya adalah tiga surat pendek al Quran terakhir. Yaitu surat Al Ikhlas, surat Al Falaq, dan surat An Naas. Disebut mu’awwidzaat karena tiga surat pendek al Quran ini dapat berfungsi sebagai ta’awwudz atau permohonan perlindungan kepada Allah.
Sebenarnya mu’awwidzatain, yaitu dua surat yang dimulai dengan ta’awudz. Itulah al Falaq yang dimulai A’udzubi robbil falaq dan an Naas yang dimulai A’udzubi robbinnaas. Namun karena surat al Ikhlas juga memiliki pesan yang sama, maka dapat disertakan yang kemudian disebut mu’awwidzaat atau jama’ dari mu’awwidzah yang jumlahnya tiga.
Membangun Mentalitas Diri Sesuai dengan Tiga Surat Pendek Al Quran
Surat Al Ikhlas sebagai surat pendek al Quran, nilainya menyamai sepertiga al Quran karena memuat persoalan aqidah yang menjadi satu tema al Quran selain persoalan hukum dan persoalan akhlak. Dimulai dengan ayat pertama: “Katakanlah! Dia-lah Allah Yang Maha Esa.” Ayat ini hendaknya melahirkan mentalitas yang tak segan menyatakan bahwa Allah adalah Tuhan Yang Maha Esa.
Lalu ayat kedua: “Allah tempat bergantung segala sesuatu.” Ayat ini hendaknya melahirkan mentalitas diri yang tak takut apapun sebab pelindungnya dan penjaminnya adalah Allah. Kemudian ayat ketiga: “Dia tidak beranak dan tidak diperanakan.” Ayat ini hendaknya melahirkan mentalitas diri yang mengabaikan semua yang mengaku anak Tuhan serta semua Tuhan yang mengaku punya anak. Adapun ayat keempat: “Dan tidak ada yang setara dengan-Nya.” Ayat ini hendaknya melahirkan mentalitas yang mengabaikan semua kemusyrikan.
Bila mentalitas ini kita miliki, maka kita menjadi seorang muslim yang tiada gentar dalam menjalani kehidupan. Sebab telah totalitas bergantung kepada Allah, sehingga Allah pun menjamin seluruh kehidupannya. Kita pun tak akan minder berhadapan dengan kaum Yahudi yang menganggap Tuhan-nya punya anak, tak pula minder berhadapan dengan kaum Nasrani yang menganggap Tuhan-nya diperanakkan, serta tak minder berhadapan dengan musyrikin apapun bentuknya yang menganggap bahwa Tuhan punya tandingan dan penyerupaan-penyerupaan lainnya.
Kemudian surat Al Falaq yang juga surat pendek al Quran, secara runut ayatnya menyatakan: “Katakanlah! Aku berlindung kepada Rabb yang menguasai shubuh. Dari kejahatan makhluk-Nya. Dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita. Dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembuskan pada buhul-buhul. Dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki.”
Membaca surat Al Falaq, hendaknya melahirkan mentalitas diri kita yang tidak takut terhadap kejahatan makhluk apapun. Tidak pula takut dengan kegelapan malam. Juga tidak perlu takut dengan kedengkian orang-orang yang dengki kepada kita. Sebab kita telah berlindung kepada Allah. Dan Allah adalah Dzat yang Maha Melindungi.
Begitupun surat An Naas yang juga surat pendek al Quran, secara runut ayatnya menyatakan: “Katakanlah! Aku berlindung kepada Rabb manusia. Raja manusia. Sembahan manusia. Dari kejahatan bisikan syaitan. Yang membisikkan ke dalam dada manusia. Dari jin dan manusia.”
Membaca surat An Naas, hendaknya melahirkan mentalitas diri kita yang selalu mengabaikan bisikan setan. Selalu sadar bahwa setan bisa berbentuk jin dan manusia, karenanya selalu waspada dengan bisikan jahat dari jin maupun manusia. Namun tak perlu takut, sebab kita telah berlindung kepada Allah.
Inilah pribadi muslim yang kokoh dan tak gentar menjalani kehidupan. Sebab ia telah berlindung kepada Allah, menyerahkan sepenuh jaminan hanya kepada Allah. Dan kemudian dalam keseharian, kita bisa gunakan tiga surat pendek al Quran ini sebagai penawar di kala sakit. Kita juga membacanya setiap hendak tidur, agar mendapat perlindungan Allah di sepanjang waktu malam saat kita terlelap dalam ketidaksadaran.
Teruslah jaga wirid tiga surat pendek al Quran ini sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah, dan jangan sampai lepas dari kehidupan sehari-hari kita.
disajikan oleh Irfan Azizi – Kaderisasi Badan Pengurus Pusat Forum Lingkar Pena (BPP FLP)
| Jakarta, 25 September 2017