Tiga Hadits Tentang Al Quran Ini Unik, Mari Cermati!

Tiga Hadits Tentang Al Quran Ini Unik, Mari Cermati!

Hadits Tentang Al Quran – Ada tiga hadits tentang al Quran yang menarik untuk kita cermati. Tiga hadits tentang al Quran ini memiliki kesamaan, yaitu pada awal sabdanya Rasulullah memulai dengan perintah ‘Bacalah al Quran!’ Tapi tidak sekadar membaca, melainkan ada pesan berikutnya di masing-masing hadits yang hendaknya kita cermati.

Kenapa kita membaca al Quran? Untuk apa kita membaca al Quran? Bagaimana kita membaca al Quran? Berkenaan tiga hal itulah, mari kita cermati hadits tentang al Quran berikut. Kita seksamai kandungan dan pesan-pesannya.

hadits tentang al quran (1)

Pertama; hadits tentang al Quran sebagai syafaat bagi sohibnya

اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لأَصْحَابِهِ

Bacalah al Quran, karena ia akan datang pada hari kiamat sebagai syafaat bagi sohib-sohibnya.

Hadits Shahih ini adalah hadits tentang al Quran riwayat dari Abu Umamah al Bahili yang terdapat dalam Shahih Muslim (804). Rasulullah memerintahkan kita membaca al Quran, sehingga kelak al Quran yang telah kit abaca tersebut akan menghampiri guna memberi syafaat kepada kita selaku sohibnya.

Kenapa kita disebut sohibnya? Karena kita selama hidup di dunia telah bersahabat dengannya. Kita telah menjadikan al Quran sebagai sahabat, yang suka – duka selalu bersama.

Dan, ketahuilah! Setiap bacaan al Quran itu terdapat kebaikan dan keberkahan bagi yang membacanya. Bacaan al Quran itulah tali Allah yang menghubungkan kita selaku hamba dengan Allah selaku Rabb semesta. Maka dengan tali penghubung itulah kita akan terpaut selalu dengan Allah, sehingga akan diselamatkan di hari kiamat dan diselamatkan di dunia dari gangguan-gangguan sihir.

Perintah Nabi jelas; Bacalah al Quran! Bahkan dipertegas dengan sabda lanjutannya yang menjadi alasan kita senantiasa membaca al Quran, “Karena ia akan datang pada hari kiamat sebagai syafaat bagi sohib-sohibnya.”

Jadi, membaca al Quran gunanya mengambil keuntungan di hari kiamat. Keuntungan itu berupa syafaat, itulah kemudahan dalam penghisaban kita kelak hingga mendapat kunci surga. Sungguh penghisaban itu sangatlah berat. Sungguh tidak ada jiwa yang terlepas dari kesalahan. Maka kita semua menghajatkan pada syafaat di hari akhirat kelak. Dan syafaat itu salah satunya bisa kita dapatkan dari al Quran.

Kuatnya syafaat itu tentu sesuai dengan kuatnya bacaan al Quran kita. Semakin sering kita membaca al Quran maka semakin kuat syafaatnya bagi kita. Sebaliknya, semakin jarang kita membaca al Quran, maka semakin lemah syafaatnya bagi kita.

Sebab, kualitas sohib seiring dengan intensitas kebersamaan. Karena itulah disebut sohib. Sudahkah al Quran menjadi sohibnya kita? Sudahkah kita menjadi sohibnya al Quran?

Atau kita lebih banyak berselisih dengan al Quran? Atau kita lebih banyak mengabaikan saran-saran al Quran? Atau kita lebih banyak mengelabui arahan al Quran? Atau kita lebih banyak menghindari al Quran?

Bila itu yang terjadi, maka kita bukanlah sohibnya al Quran. Dan kalau kita bukan sohibnya al Quran, maka tak berhak mendapatkan syafaatnya kelak.

Untuk menjadi sohibnya al Quran, mulai saja dengan membacanya. Lalu perbanyak membacanya. Sebab membaca al Quran itulah obrolan kita dengan al Quran kalam Allah. Bacalah, seakan-akan Allah sedang berbicara dengan kita melalui kalam-Nya. Dengarkan, taatilah! Maka kita menjadi sohib al Quran, dan kelak akan mendapatkan syafaatnya. Itulah pesan hadits tentang al Quran ini.

hadits tentang al quran (4)

Kedua; hadits tentang al Quran yang hendaknya kita baca dengan sepenuh penghayatan

اقرَؤوا القُرآنَ قبل أنْ يأتيَ قومٌ يُقيمونَه إقامَةَ القِدحِ يتَعَجَّلونَه ولا يَتأجَّلونَه

Bacalah al Quran, sebelum datang suatu kaum yang menegakkannya seperti menegakkan anak panah, mereka terburu-buru dan tidak mengharapkan hasilnya di masa depan.

Hadits Hasan ini adalah hadits tentang al Quran riwayat dari Jabir bin Abdullah yang terdapat dalam Ithaf Khairatul Mahrah (6/352). Rasulullah memerintahkan kita membaca al Quran, tapi dengan penuh ketenangan. Kita diperintahkan membaca al Quran dengan tenang, sebelum nanti penuh orang-orang yang membacanya dengan terburu-buru. Mumpung mereka belum banyak, kan kita masih bisa dengan tenang membacanya.

Kenapa perumpamaannya seperti menegakkan anak panah? Mudah saja kita memahaminya, apalagi sekarang banyak klub-klub memanah di mana-mana.

Perhatikan saja mereka yang sedang belajar memanah, biasanya cenderung terburu-buru. Meraih panahan, lalu mengambil anak panah, kemudian memasangkan di jalur lontarnya; dan tanpa perhitungan langsung saja dilontarkan. Alhasil, tidak tepat sasaran, bahkan mungkin juga tidak jauh jangkauannya. Karena terburu-buru.

Oke, nanti bila sudah mulai mahir, memang mulai bisa mengendalikan diri. Tenang, sepenuh bidikan dan sepenuh tarikan; maka meluncur lesat dan kemungkinan tepat sasarannya besar. Tapi itu masih tetap dalam kondisi latihan.

Adapun saat terjun di medan laga sesungguhnya, tetap saja buru-buru. Sebab memang begitulah tabiat memanah, perlu kecepatan dan ketepatan. Tapi ketepatan dalam kecepatan, sesungguhnya cenderung spontanitas yang telah berulang kali. Dan itulah yang tidak seharusnya terjadi saat kita membaca al Quran.

Sebab al Quran adalah pesan-pesan yang perlu perenungan secara perlahan dan mendalam. Ia bukan sekadar gerakan fisik, melainkan gerakan pikir, bahkan gerakan hati. Karena itu dalam hadits tentang al Quran ini, Rasulullah mewantikan kepada kita untuk membaca al Quran tanpa terburu-buru.

Bila terburu-buru, seakan hanya hendak menuntaskan kewajiban atau tanggungan saja tanpa mengharapkan hasil di masa depan. Padahal kita hendaknya membaca al Quran karena ada harapan akan masa depan darinya. Harapan akan keterarahan hidup, harapan akan ketenangan di akhir hidup, serta harapan akan syafaat di hari akhirat kelak.

hadits tentang al quran (3)

Ketiga; hadits tentang al Quran yang hendaknya membuat kita bersatu dan bukan berdebat

اقْرَءُوا الْقُرْآنَ مَا ائْتَلَفَتْ قُلُوبُكُمْ فَإِذَا اخْتَلَفْتُمْ فَقُومُوا عَنْهُ

Bacalah al Quran, selama menjadikan hati kalian bersatu padu, namun bila kalian berselisih maka tinggalkanlah.

Hadits Shahih ini adalah hadits tentang al Quran riwayat dari Jundub bin Abdullah yang terdapat dalam Shahih Bukhari (7364). Rasulullah memerintahkan kita membaca al Quran, tapi dengan syarat: bila dan demi hati kita bersatu. Adapun bila dan akhirnya hati kita berselisih, maka tinggalkanlah. Sebab dalam perselisihan itu, tak akan ada adab kita terdahap al Quran.

Hadits tentang al Quran ini menarik, karena membahas tentang sikap semestinya di hadapan al Quran. Tidak layak kita bersikap saling selisih di hadapan al Quran. Sebab, seharusnya hanya ada sami’na wa atho’na (kami dengar dan kami taat) di hadapan al Quran, dan itu artinya kesatuan hati kita di hadapan al Quran.

Memang ada kalanya kita berselisih tentang arti dan makna kandungan al Quran, saat itu hendaknya kita menjauh dahulu dari al Quran hingga kita bisa saling legowo atas perbedaan pendapat dan kembali tenang untuk bersatu hati. Bila telah kembali bersatu hati, maka kembalilah ke al Quran. Sungguh, tak beradab bila kita berdebat di hadapan kalamullah yang mulia.

Hanya hati yang merendahlah yang layak mendatangi al Quran. Hati yang sadar bahwa tak ada pengetahuan kecuali pengetahuan yang disampaikan dari al Quran. Hati yang sadar bahwa di hadapan al Quran hanya ada sikap sami’na wa atho’na (kami dengar dan kami taat). Itulah ketundukan seorang hamba di hadapan kalam Rabb-Nya.

Perbanyak mendengar, daripada berdebat. Perbanyak beramal, daripada berdebat. Itulah adabnya.

hadits tentang al quran (2)

Kesimpulan Tiga Hadits Tentang Al Quran Tersebut

Dari tiga hadits tentang al Quran tersebut, marilah camkan dalam diri kita tiga hal:

  1. Teruslah bersemangat membaca al Quran, dengan terus termotivasi akan harapan mendapatkan syafaatnya di hari akhirat kelak.
  2. Teruslah membaca al Quran dengan sepenuh penghayatan karena ada harapan hasil kemudian yang akan kita dapatkan darinya.
  3. Teruslah membaca al Quran dengan adab ketundukan hati bukan dengan keangkuhan hati, ketundukan itulah yang akan membuat hati-hati kita mudah bersatu, sementara keangkuhan itu justru membuat hati kita salih berselisih dan memicu perdebatan yang tak berkesudahan.

Semoga tiga hadits tentang al Quran ini membuat kita semakin semangat membaca al Quran dengan harapan dan adab yang semestinya. Ajak saudara-saudara kita mengenal tiga hadits tentang al Quran ini, agar saudara kita turun menjadi sohib al Quran yang berinteraksi dengannya sepenuh ketenangan dan ketawadhuan.

 

disajikan oleh Irfan Azizi – Kaderisasi Badan Pengurus Pusat Forum Lingkar Pena (BPP FLP)

| Jakarta, 24 September 2017

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email anda tidak akan dipublikasikan. Required fields are marked *