Kisah inspiratif islam tentang cinta: Ummul Mukminin Khodijah binti Khuwailid
Apasih cinta itu? Cinta… setiap hari orang bicara cinta. Para penyair membuat syair cinta yang berbait-bait. Para pujangga menulis prosa cinta berjilid-jilid. Yah… cinta tak pernah habis kata menuliskannya. Cinta dibahas dari kaum ningrat bangsawan sampai manusia yang hidup di kolong jembatan. Cinta memberi energi besar hingga manusia rela berkorban. Sampai kisah hidup Romeo dan Juliet bersedia mati bersama dengan menenggak racun. Demikian kejamkah cinta??? Hingga rela … atas nama cinta manusia mengakhiri hidupnya.
Cinta tak bertepi… cinta yang bagaimanakah itu? Apakah cinta yang karenanya sepasang anak manusia hidup bersama tanpa ikatan ?
Cinta… apakah dengan mengatas-namakan cinta manusia boleh berbuat apa saja tanpa rambu-rambu dan peraturan?
Cinta tak bertepi bukan cinta sehidup semati. Cinta tak bertepi bukan cinta yang cepat basi. Cinta tak bertepi… adalah cinta yang memberi energi, menguras emosi, menggetarkan hati, menempuh perjalanan mendaki. Cinta yang mengubah rintangan menjadi energi. Cinta yang menembus batas dan penghalang. Cinta yang menjadi pengikat kesetiaan dan rela berkorban. Cinta yang bersumber dari kekuatan yang maha mulia, menerobos masuk ke dalam jiwa.
Cinta… ya… cinta tak bertepi telah dibuktikan di alam fana ini. Lewat sosok manusia mulia yang tak butuh pujian. Cinta itu abadi, tak bertepi meski jasad telah hancur berkalang tanah, ia tetap hadir mengisi jiwa. Itulah cinta Khodijah kepada baginda Nabi Muhammad manusia terpuji.
Khodijah binti Khuwailid, sungguh menjadi Kisah inspiratif islam tentang cinta. Ia merupakan sebaik-baik istri bagi Rasulullah Muhammmad saw. Cinta Rasulullah kepada Khadijah adalah semurni-murninya cinta, cinta yang tak bertepi. Begitu pula cinta Khadijah kepada baginda nabi juga adalah cinta suci yang tak bertepi. Cinta yang telah menyatukan keduanya dalam ikatan suci pengemban risalah Ilahi. Cinta yang menjadikan dua insan mulia saling menguatkan dan saling menopang. Cinta yang murni tanpa noda. Cinta yang tidak lekang meski gelombang menerjang. Cinta yang tak lapuk meski jazad sudah membusuk. Cinta yang melampaui batas raga. Cinta yang memenuhi seluruh rongga.
Khodijah adalah sosok al Wafa wal Fida.
Al Wafa adalah totalitas, sedangkan al Fida adalah tebusan, yaitu kerelaan Khodijah menjadi tebusan atas segala permasalahan yang dihadapi Muhammad sebagai resiko dari tugas kenabiannya. Cinta Khodijah kepada Rasulullah adalah total, penuh tanpa batas. Apapun yang dilakukan oleh Rasulullah saw, Khodijah mendukungnya secara penuh, tanpa perlu mendebat apalagi melarang. Meskipun yang dilakukan oleh Rasulullah saw adalah sesuatu yang tidak biasa, sesuatu yang membutuhkan nalar dan membentur logika berpikir manusia, sesuatu yang menimbulkan banyak tanya berkecamuk dalam jiwa. Tetapi Khodijah total mendukung dengan seluruh energi cintanya yang menimbulkan kerelaan untuk berkorban, sanggup menanggung beban.
Energi cinta yang total menyebabkan Khodijah menjadi sosok yang sanggup memainkan peran apapun sesuai kebutuhan, Ia sebagai Ibu yang menenangkan, sebagai istri yang penuh cinta, sebagai teman berdiskusi, sebagai tempat bermanja dan berkeluh kesah dan sebagai penyambung generasi.
Saat Rasulullah saw butuh sosok ibu yang memberi ketentraman dan ketenangan, Khodijah mampu melakukannya. Tengoklah kisah awal mula Rasulullah saw menghadapi situasi kebingungan dan keguncangan saat bi’stah. Yaitu ketika pertama kali menerima wahyu, dalam hal ini sebelum ayat pertama turun. ( Jadi kita harus membedakan antara wahyu pertama dan ayat pertama. Wahyu pertama turun ketika Muhammad saw bermimpi melihat matahari terbit, dan mimpi itu berkali-kali terjadi. Sedangkan ayat pertama turun adalah saat berkhalwat di gua Hiro, bertemu dengan malaikat Jibril membacakan 5 ayat pertama surat Al-Alaq. Pendapat Ustadz Hanan, dalam ceramah tentang Khodijah dari Video youtube).
Bisa dibayangkan keterkejutan dan keguncangan jiwa yang dialami Muhammad saat pertama kali bermimpi melihat matahari terbit. Lalu pada siang harinya ketika berjalan mendengar ada suara yang menyapa :”Wahai Muhammad engkau Rasulullah…” ketika dicari-cari sumber suara itu, ternyata Muhammad saw tidak menemukan sosok manusia, kecuali batu, gunung, atau pohon. Sehingga Rasulullah merasa ragu, bimbang, dan bertanya-tanya… suara siapakah ini?” Ooh… tidak ada seorangpun manusia… apakah pendengaranku yang salah…? ataukah aku sudah gila… mendengar ada suara yang memanggil, tetapi tidak menemukan seorangpun.
Nah disinilah Khodijah berperan penting memberinya ketenangan dan ketentraman. Saat Rasulullah saw dalam kegalauan, Khodijah mampu meyakinkan dan memberi rasa nyaman dalam jiwa Muhammad yang sedang bimbang dan ragu. “Sungguh… engkau tidak gila wahai suamiku, engkau adalah manusia yang terbaik yang selalu menyambung persaudaraan, yang menolong sesama, dan memberi solusi ketika ada perselisihan antar suku.”
Khodijah memiliki keluarga besar yang terhormat dan mulia. Sejak dahulu mereka tidak mau menyembah berhala. Sepupu- sepupu Khodijah menjadi penganut agama Nasrani, yang merupakan agama yang turun kepada nabi Isa, sebelum Rasulullah diangkat menjadi nabi. Saat itu masyarakat Arab dan sekitar Makkah sebagian besar menyembah berhala dan memotong kurban sembelihan untuk berhala (sesajen), namun keluarga Khodijah memilih untuk menyingkir dan melakukan pencarian, sampai akhirnya menemukan agama Nasrani.
Karena itulah keluarga Khodijah sangat faham dengan berita akan datangnya nabi akhir zaman sebagaimana yang diberitakan dalam kitab injil dan Taurat. Maka ketika ciri-ciri dan tanda-tanda kedatangan Nabi akhir zaman yang diberitakan dalam kitab Injil ditemukan pada sosok Muhammad, pada saat itu mereka yakin dan langsung beriman. Maka seluruh proses kejiwaan yang dialami Muhammad dapat dilalui dengan tenang setelah mendapatkan pencerahan oleh Khodijah.
Keterkejutan Muhammad saat pertama kali jibril menampakkan diri, dan menunjukkan wajah aslinya di seluruh cakrawala. Kemanapun Muhammad mengarahkan pandangan yang dilihat adalah sosok Jibril yang memenuhi angkasa. Ini membuat Muhammad menggigil dan merasakan demam disebabkan keterkejutan yang dahsyat. Ooh… makhluk apakah yang aku lihat? Apakah ini malaikat ataukah ini jin? Ataukah aku sudah gila sehingga merasa melihat sesuatu yang ghoib? Segala tanda tanya memenuhi rongga jiwa Muhammad ketika itu. Sehingga bergegas pulang dan merasakan demam yang dahsyat : ” selimuti aku… selimuti aku…!!!” rintih Muhammad.
inilah kisah inspiratif islam tentang cinta itu: Peluk rangkul Khodijah RA di saat saat genting kehidupan Baginda
Cinta tak bertepi, ketika Khodijah mendapati sang suami pulang dalam kondisi ketakutan dan kebingungan, Khodijah bertindak bijak. Dirangkulnya sang suami, dipeluk dan didekap seperti seorang ibu yang memberikan rasa nyaman dan tenang di hati anak yang menggigil ketakutan, sambil menyelimutinya dengan penuh kehangatan, sehingga Rasulullah saw merasa nyaman dan tenang. Bisa diduga surat Al-Muzammil turun dalam kondisi Muhammad dalam pelukan Khodijah, karena tidak mungkin suami yang sangat dicintai sedang dalam kepanikan dan ketakutan bahkan minta diselimuti, kemudian oleh Khodijah dibiarkan dan ditinggalkan sendirian, seyogyanya Khadijah pasti akan menemani dan mejaga Rasulullah saw, suami yang sangat dicintainya. Lalu turun ayat/ surat Al Muzammil. Ya.. ayyuhal Muzammil… qumil laila illa qoliilaa. Wahai orang yang berselimut bangunlah diwaktu malam kecuali sedikit.
Cinta tak bertepi, juga bisa kita lihat disaat Rasulullah saw mulai berdakwah ditengah kaumnya. Sebagaimana ramalan sepupu Khodijah Waroqoh bin Naufal, bahwa setiap nabi dan Rasul pasti akan mendapat penolakan baik berupa perkataan, penyiksaan, peperangan bahkan pengusiran. Nabi Muhammad juga mengalami hal tersebut. Ketika dakwah yang disampaikan ditolak, bahkan Rasulullah saw mendapat caci maki dan hinaan bertubi-tubi. Dikatakan tukang sihir, disebut sebagai tukang pembuat syair, bahkan dituduh gila.
Gangguan-gangguan tersebut telah menyebabkan Rasulullah saw merasa sedih dan galau, sehingga pulang dalam kondisi seperti orang sakit, demam dan menggigil minta diselimuti. Kembali Khodijah bertindak memberi ketenangan dan kenyamanan. Mendekap dengan erat, memeluk dengan mesra. Memberikan kehangatan yang dibutuhkan. Sampai turun ayat Yaa “Ayyuhal muddatstsir… qum fa anzir. Wahai orang berselimut. Bangunlah dan berilah peringatan”.
Betapa beratnya beban jiwa dan mental seorang nabi, dalam kondisi cemas dan takut, Allah SWT menyuruhnya bangun dan terus berdakwah. Ya… begitulah hal yang harus diemban oleh Rasulullah saw . Bukan tugas yang ringan, bahkan makin hari makin bertambah berat. Tetapi selalu Khadijah dapat memberikan kenyamanan dan ketenangan kepada Rasulullah saw. Sehingga Rasulullah saw mendapatkan apa yang dibutuhkan oleh jiwanya, bisa terpenuhi dari Khodijah sang wanita mulia yang memberi cinta tak bertepi.
Pergolakan dan permusuhan dari kaum kafir makin menjadi-jadi. Mereka tidak ada hentinya menghalangi dan menyusahkan nabi. Ketika Nabi sedang melakukan sholat dan sujud di depan Ka’bah, mereka meletakkan kotoran onta di kepala nabi, sehingga badan nabi berlumuran dengan kotoran tersebut. Nabipun segera pulang untuk membersihkan diri. Kembali khodijah memberi ketenangan, mensupport suami tercinta dengan kehangatan.
Mungkin kalau wanita sekarang yang ingin hidup cari aman, akan berkata seperti ini : “Wahai suamiku… sudahlah… berhentilah berdakwah. Kaum kafir tidak henti-hentinya menyakitimu, merepotkan dan menyusahkan kita. sudahlah… Jangan diteruskan. Supaya hidup kita tenang. Tak usahlah mengajak orang lain percaya kepada keyakinan kita, biarlah mereka dengan keyakinannya sendiri.
Tetapi tidak dengan Khodijah. Cinta Khodijah tak bertepi, memberi energi dan kekuatan yang begitu teguh menghadapi segala intimidasi dan menyiksaan. Bukan menyuruh suaminya berhenti, bahkan terus menyokongnya dengan jiwa, raga dan seluruh hartanya. Kekuatan cintanya telah memberinya energi besar yang menggerakkan jiwanya untuk rela berbuat apa saja secara total demi keberlangsungan dakwah suaminya.
Cinta Khodijah tak bertepi, penuh… sepenuh jiwa dan raga. Ketika intimidasi kaum kafir kepada diri nabi tidak mampu menghentikan dakwahnya, gangguan mereka menyasar kepada keluarga nabi. Sebelumnya telah terjadi perbesanan antara keluarga Rasulullah dengan keluarga Abu Jahal. Yaitu pernikahan dua putri Rasulullah yaitu Ruqoyah dan Ummu Kultsum dengan dua anak Abu Jahal, Utbah dan Utaibah. Istri Abu jahal memaksa kedua anaknya untuk menceraikan dua putri Rasulullah sebagai cara untuk menyakiti hati Nabi. Orang tua mana yang tak sedih melihat kedua anak perempuannya diceraikan, diputus pernikahannya tanpa alasan yang jelas, selain keinginan agar menyakiti kedua orang tuanya?
Lagi-lagi Khodijah menunjukkan jiwa besarnya. Kisah inspiratif islam tentang cinta beliau hadirkan kembali. Khodijah RA berusaha menenangkan kedua puterinya dan menghilangkan kesedihan mereka. Karena kebesaran Jiwa Khodijah, maka Allah mengganti suami Ruqoyyah dengan pria yang lebih baik, berasal dari keluarga bangsawan yang beriman, terhormat dan kaya raya yaitu Utsman bin Affan. Namun diawal perjuangan dakwah yang berat, usia Ruqoyah tidak berumur panjang. Ia meninggal di usia muda, kemudian kedudukannya digantikan oleh puteri nabi yang lain yaitu Ummu Khultsum, bahasa lainnya turun ranjang (Utsman menikah dengan adik istrinya setelah kakaknya meninggal dunia).
Perjalanan dakwah yang berat, membutuhkan kekuatan jiwa yang penuh agar tidak terhempas ke dalam keputus-asaan. Khodijah sebagai al-Fida, menjadi tebusan atas segala nestapa. Banyak kaum budak dan duafa yang disiksa disebabkan karena keimanan mereka. Dengan penuh kerelaan Khodijah mengeluarkan hartanya untuk membebaskan para budak yang beriman, agar terbebas dari penyiksaan majikannya. Jika dirupiahkan, sekali membebaskan seorang budak sekitar tujuh ratus juta rupiah, bisa dihitung seberapa kekayaan Khodijah yang dikorbankan?.
Begitu juga saat terjadi pemboikotan oleh kaum kafir Quraisy atas keluarga nabi dan orang-orang yang beriman. Mereka mengintimidasi dengan menggiring orang beriman dan para pendukungnya untuk tinggal di sebuah lembah dan dilarang saling berhubugan (berkunjung, berbicara), dilarang melakukan transaksi jual beli, dilarang menikah dengan keluarga Rasulullah dan para pendukungnya.
Pemboikotan itu berlangsung selama tiga tahun. Sungguh bukan waktu yang singkat. Bahan makanan diblokade, keluarga Rasuullah saw dan orang beriman terancam mati kelaparan. Tak boleh bertransaksi dengan kaum mukminin dan keluarga Rasulullah saw. Kalaupun ada yang berani melakukan transaksi, harganya naik membumbung tinggi. Selama masa tersebut Rasulullah saw dan para sahabat menjalani dengan sangat berat. Harta Khodijah dihabiskan untuk belanja makanan yang harganya menjulang, demi bertahan hidup dalam lembah yang dijaga ketat. Banyak dari kalangan sahabat yang jatuh sakit, bahkan sampai sebagian ada yang meninggal dunia.
Itulah harga yang ditebus oleh Khodijah, buah keimanan dan keteguhan. Energi cinta yang tak bertepi. Menjadi pendukung dakwah pertama dan utama yang menggelorakan semangat berkorban demi kemuliaan agama Allah dan Rasul-Nya.
Energi Cinta Tak bertepi Melahirkan Api Cemburu.
Ketika Rasulullah saw memotong ternak selalu teringat dengan keluarga dan teman-teman Khodijah. Rasulullah saw tak pernah lupa menyisihkan sebagian untuk diberikan kepada kerabat Khodijah, perbuatan tersebut senantiasa dilakukan meskipun jauh setelah Khodijah wafat.
Perbuatan ini membuat Aisyah merasa cemburu, sehingga keluar ucapan Aisyah:” mengapa engkau selalu teringat dengan perempuan yang sudah berkalang tanah, bukankah Allah telah menggantinya dengan yang lebih baik? (maksudnya Aisyah istri nabi yang lain lebih baik, lebih muda lebih cantik dan perawan).
Tetapi Rasulullah saw membantahnya:” Tidak, tidak ada yang dapat menggantikan Khodijah, dia memberiku kenyamanan dan ketenangan ketika semua orang menyakitiku dan menggangguku. Dia beriman ketika semua orang menolak dakwahku. Dia membenarkanku ketika semua orang kafir/ingkar kepadaku. Dia membelaku dengan hartanya ketika semua orang memusuhiku. Dan dari Khodijah satu-satunya istri yang memberikan keturunan kepadaku”.
Nah… lima hal inilah peran penting yang tak tergantikan oleh istri-istri yang lain, meskipun mereka lebih muda, lebih gesit dan lebih cantik. Cinta Khodijah tak bertepi mengisi relung jiwa, mendekap sukma. menjadi kisah inspiratif islam bagi kita semua. Mengubah gelisah menjadi ketenangan, merubah kesedihan menjadi kebahagiaan, merubah kecewa menjadi asa, segala duka luka menjadi sirna. Bahagia sampai ke surga.
Cinta tak bertepi … telah membuat Khodijah menjadi mulia.*** Ruqoyah Ridwan 9-3-17
khadijah RA: sebuah Kisah inspiratif islam tentang cinta
Disarikan dari buku Khodijah Tre True Love Story Of Muhammad SAW. Oleh Abdul Mun’im Muhammad. Penerbit Pena Pudi Aksara. Jakarta 2013
Ceramah ustadz Hanan Attaki, Khodijah ( Wanita Dibalik Kesuksesan Pria.) Bandung. Lihat di youtube.