ISRA’ MI’RAJ
SEBAGAI TITIK TOLAK PERUBAHAN
Isra’Mi’raj adalah peristiwa dimensi langit yang berdampak ke bumi. Karena itulah maka Isra’ Mi’raj menjadi titik tolak perubahan. Bagaimana jalan menuju perubahan itu? Disinilah kita harus merenungkan dan membuka cakrawala berpikir kita, agar kita bisa menangkap maksud dan rencana besar Allah atas dakwah yang disampaikan Rasulullah saw ketika itu. Sebelum pembahasan lebih lanjut ada baiknya kita perhatikan definisi Isra’ Mi’raj.
Isra’ artinya perjalanan di malam hari dari masjid Al-Haram di Makkah menuju masjid Al-Aqsha di Palestina. Mi’raj artinya naik dari Masjid Al-Aqsho ke Sidratul Muntaha. Peristiwa ini Allah jelaskan dalam surat An-Najm ayat 11-18.
$tB z>xx. ß#xsàÿø9$# $tB #r&u ÇÊÊÈ ¼çmtRrã»yJçFsùr& 4n?tã $tB 3tt ÇÊËÈ ôs)s9ur çn#uäu »’s!÷tR 3t÷zé& ÇÊÌÈ yZÏã ÍouôÅ 4ygtFZçRùQ$# ÇÊÍÈ $ydyYÏã èp¨Zy_ #urù’pRùQ$# ÇÊÎÈ øÎ) Óy´øót nouôÅb¡9$# $tB 4Óy´øót ÇÊÏÈ $tB sø#y ç|Çt7ø9$# $tBur 4ÓxösÛ ÇÊÐÈ ôs)s9 3r&u ô`ÏB ÏM»t#uä ÏmÎn/u #uö9ä3ø9$# ÇÊÑÈ
- Hatinya tidak mendustakan apa yang Telah dilihatnya[1429].
- Maka apakah kaum (musyrik Mekah) hendak membantahnya tentang apa yang telah dilihatnya?
- Dan Sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain,
- (yaitu) di Sidratil Muntaha[1430].
- Di dekatnya ada syurga tempat tinggal,
- (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya.
- Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya.
- Sesungguhnya dia Telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar.
Perjalanan Rasulullah di malam hari bersama Jibril dijelaskan dalam ayat ini secara fisik dan ruh, bukan hanya ruh saja, bukan sekedar mimpi, tetapi sesuatu peristiwa dan pengalaman yang nyata atas izin Allah. “Hatinya tidak mendustakan apa yang dilihatnya”yang dimaksud ayat ini adalah melihat malaikat Jibril.
Dalam tafsir Al-Azhar karya Prof. Buya Hamka dijelaskan bahwa saat itu Rasulullah saw melihat Jibril dalam rupa aslinya. Beliau sudah pernah melihat Jibril sebelumnya, yaitu saat pertama kali Rasulullah saw menerima ayat pertama dari Al-Qur’an saat beruzlah ( merenung, menyendiri) di gua Hira. Rasulullah saw melihat Jibril sepenuh ufuk dengan 600 sayap. (Tafsir Al’Azhar h. 97. Juz 27. Jakarta. Pustaka Panjimas Juli 1987)
Menurut Al-Qur’an Terjemah keluaran Departemen Agama, Surat An-Najm ayat 4-11 menggambarkan peristiwa Turunnya wahyu yang pertama di gua Hira. Sedangkan yang dimaksud Sidratul Muntaha adalah tempat yang paling tinggi, di atas langit ke-7, yang telah dikunjungi nabi ketika Mi’raj.
Latar Belakang Peristiwa sebelum Isra’ Mi’raj
Mari kita mundur sejenak untuk melihat apa saja peristiwa-peristiwa yang terjadi sebelum Isra’ Mi’raj berkaitan dengan fase dakwah Islam yang diemban Rasuullah saw.
Isra’ Mi’raj terjadi setelah Rasulullah saw mengalami banyak sekali ujian dan rintangan dakwah yang mendera bertubi-rubi. Mulai dari caci maki, tuduhan dengan julukan negatif seperti gila, tukang sihir, penyair sampai penyiksaan dan intimidasi bahkan pembunuhan para sahabat yang masuk Islam. Diantara semua ujian tersebut yang paling berat adalah peristiwa pemboikotan selama tiga tahun.
- Pemboikotan dan tahun duka cita
Pemboikotan ini menyebabkan terjadi kelaparan dan penderitaan berkepanjangan, sehingga tak lama setelah pemboikotan tersebut paman nabi Abu Thalib yang selama ini paling gigih membela nabi meninggal dunia. Tak lama berselang istri beliau Siti Khadijah berpulang ke rahmatullah. Betapa besar kesedihan dan penderitaan Nabi setelah kehilangan orang-orang yang selama ini menjadi pembela dan pendukung dakwah, sehingga tahun tersebut dinamakan tahun duka cita.
- Hijrah ke Thaif
Beratnya beban dakwah tidak menyebabkan Rasulullah saw berhenti memperjuangkan dan menyampaikan kebenaran. Meskipun mendapat penolakan dan permusuhan yang tiada henti, Rasulullah tetap bersabar. Bahkan beliau memperluas jangkauan dakwahnya ke negeri-negeri sekitar Makkah. Thaif menjadi tujuan dakwah selanjutnya. Akankah dakwah Rasulullah bersemi di sini?, ternyata tidak.
Rasulullah bukan disambut tapi malah disambit (dilempari dengan batu) sehingga pakaian Rasulullah bersimbah darah. Marahkah Rasulullah dengan perlakuan kasar tersebut? Bahkan Jibril saja sudah tidak sabar ingin menimpakan siksaan bagi penduduk Thaif, tetapi Rasulullah mencegahnya, karena masih berharap dari anak keturunan penduduk Thaif suatu saat akan ada diantara mereka yang beriman. Itulah derita lahir bathin sang penghulu para nabi, menghadapi hantaman bertubi-tubi dalam mengemban risalah Ilahi.
Inilah beberapa peristiwa yang melatari sebelum terjdinya Isra’ Mi’raj, sehingga Allah berkehendak memberi penguat dan menghibur kekasihnya yang sabar menghadapi segala rintangan dan hambatan dalam menjalankan misi dakwah dengan memperlihatkan sebagian dari tanda-tanda kebesaranNya ( ayatal kubra.QS. An-Najm 18).
Inti Peristiwa Isra’Mi’raj
Adapun inti dari peristiwa Isra’ Mi’raj Allah jelaskan dalam surat 17 Al-Isra’ ayat 1.
z`»ysö6ß üÏ%©!$# 3uó r& ¾ÍnÏö7yèÎ/ Wxøs9 ÆÏiB ÏÉfó¡yJø9$# ÏQ#tysø9$# n<Î) ÏÉfó¡yJø9$# $|Áø%F{$# Ï%©!$# $oYø.t»t/ ¼çms9öqym ¼çmtÎã\Ï9 ô`ÏB !$oYÏG»t#uä 4 ¼çm¯RÎ) uqèd ßìÏJ¡¡9$# çÅÁt7ø9$# ÇÊÈ
- Maha Suci Allah, yang Telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang Telah kami berkahi sekelilingnya[847] agar kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya dia adalah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.
Yang di maksud dengan diberkahi adalah Al Masjidil Aqsha dan daerah-daerah sekitarnya dengan diturunkan nabi-nabi di negeri itu dan kesuburan tanahnya.(Al-Qur’an Terjemah DEPAG)
Subhana= isim , at-tashdiq. Mensucikan Allah dari segala macam kekurangan dan aib. Mengapa Allah mengawali ayat ini dengan subhana? Karena Isra ini berkait dengan kesempurnaan kekuatan dan kekuasaan Allah swt.
Asraa= memperjalankan di malam hari, tidak memakai kata saro ( berjalan dengan sendirinya ), jadi Allah-lah yang memperjalankan Rasulullah.
Bi Abdi hi, abdun. Dipakai kata ini bukan memakai kata Nabi atau Rasul Muhammad. ulama tafsir mengatakan kata ini memiliki makna at-tasrif memuliakan dan atta’zhim mengagungkan Rasulullah dalam perjalankan Isra’ Mi’raj ini. Rasulullah adalah manusia yang tingkat ibadahnya sudah sampai pada titik sempurna.
Dalam sebuah riwayat Allah menawarkan kepada nabi, “dengan suatu apakah kau ini dapat kusenangkan?” Rasulullah menjawab :”Saya senang di saat Engkau wahai Rabb sudah menisbahkan ubudiyah (ibadah saya) ini hanya kepada Mu”, maka kata Abdun dalam ayat ini adalah bentuk pengabulan dari Allah atas permintaan tersebut.
Tujuan utama penciptaan manusia adalah untuk mengabdi/ beribadah kepada Allah. Sebagaimana disebut dalam surat 51 Adzariat ayat 56:
$tBur àMø)n=yz £`Ågø:$# }§RM}$#ur wÎ) Èbrßç7÷èuÏ9 ÇÎÏÈ
- Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.
Jadi seluruh aktifitas manusia, dalam segala aspek kehidupan harus bermuara kepada penghambaan kepada Allah, maka jika kita telah menjadi hamba Allah (abdullah) ini menjadi titik tertinggi kenikmatan sebagai manusia di muka bumi, karena tujuan penciptaannya telah mampu dicapai.
Dalam Al-Baqarah 183-187 ayat-ayat yang berisi perintah berpuasa, Allah menyeling kata ibadi, pada ayat ke 186 mengapa? Karena dengan puasa manusia bisa mencapai tingkatan sebagai abdullah karena puasa mencega syahwat, yang bersumber dari perut dan kemaluan.
Abdun akar katanya ibadah, yaitu ketundukan dan kepatuhan, tidak menolak, tidak mengingkari, siap menerima perintah siap menjauhi larangan. Semakin yakin dengan kebenaran perintah Allah tanpa penelitian atau tawar-menawar terlebih dahulu.
Lailan (malam hari) disebutkan, meskipun telah ada kata asraa (perjalanan di malam hari). Lailan itu sebagian kecil dari malam, tidak semalam suntuk, jadi hanya sebentar saja memperjalankan Rasulullah saw.
Pada peristiwa ini Rasulullah dalam keadaan sulit, maka Allah memperlihatkan sebagian kebesarannya dengan cara langsung menarik Rasulullah keluar dari bumi secara jazad dan ruh. Tujuannya adalah agar Rasulullah tegar dan bertambah keyakinannya akan kebenaran misi yang dibawa.
Mengapa Allah mengawali perjalanannya dari masjid ke masjid? Ini menjadi simbol kebenaran dan ketersambungan risalah yang dibawa oleh nabi-nabi sebelumnya. Sekaligus memberi sinyal bahwa kebesaran dan keberhasilan dakwah harus dimulai dari masjid ke masjid. Jika ummat Islam kuat dan solid dalam ibadah di masjid, dan saling berkoordinasi dengan masjid yang lain, in sya Allah pembentukan umat yang bertakwa akan tercapai, dan keberhasilan memperbaiki ummat menjadi lebih mudah dicapai.
Ketika Rasulullah ber-mi’raj ada perintah sholat. Dengan perintah sholat ini Rasulullah akan tegar dan mampu menunaikan misi dakwahnya. Sholat inilah pilar utama kekuatan umat Islam karena dengan sholat akan mampu mengemban amanah yang lebih besar, kuat dan tegar menghadapi segala ujian, segala kesulitan dan rintangan tidak akan membuatnya lemah, apalagi berhenti meninggalkan medan dakwah.
Sholat juga memiliki daya kekang pemenuhan syahwat, mencegah dari yang keji dan munkar. Tidak mudah terseret arus kerusakan dan maksiat, di sisi lain hamba yang sholat akan memiliki kesabaran dan kekuatan yang kokoh. Dalam surat Al-Muzammil, Allah mengisyaratkan bahwa beban yang berat dapat dipikul dengan persiapan sholat yang kokoh. Tidak akan ada kesulitan yag tidak dapat diatasi, tidak akan ada masalah yang buntu, semua dapat diselesaikan, dimulai dengan memperbaiki dan memperbanyak sholat. Karena sholat adalah cara langsung berkomunikasi dengan Allah.
Mengapa Isra’ Mi’raj Menjadi Titik Tolak Perubahan?
Kembali pada pembahasan dakwah Rasulullah, ternyata Allah memiliki skenario besar yang akan diperankan dan mainkan di panggung sejarah oleh Rasulullah dan para sahabat.
Tak lama berselang setelah Isra’ Mi’raj, dakwah Rasulullah mendapat sambutan yang hangat dari para pelancong yang datang ke Makkah di musim haji sehingga dakwah makin luas jangkauannya. Utamanya para kabilah dari negeri Yatsrib (nama kota ini kemudian diganti menjadi Madinah al Munawwaroh), mereka berjumlah 12 orang memeluk Islam dan berjanji setia (bay’ah aqobah 1) untuk menyebarkan agama baru kepada keluarganya di Madinah.
Pada tahun berikutnya jumlah yang datang ke Makkah makin besar yaitu 72 orang dan semuanya menyatakan masuk Islam dan berjanji setia (bay’at aqobah 2) akan membela nabi dan kaum muslimin dihadapan para penentang. Dari sinilah titik terang penyebaran dakwah Rasulullah dimulai, merekalah yang menjadi ujung tombak perluasan dakwah Rasulullah di tanah yang baru, kelak ke negeri merekalah agama ini berkembang pesat dan menjadi tujuan hijrah Rasulullah dan sahabat.
Madinatul Munawwaroh kota yang bercahaya itulah nama yang Rasulullah berikan untuk mengganti nama Yatsrib. Kelak Madinah menjadi terkenal dan mulia karena disanalah Islam berkembang pesat sampai ke seluruh penjuru. Perjalanan dakwah Rasulullah memasuki fase expansi. Bukan hanya suku-suku di sekitarnya yang menerima dakwah nabi, bahkan sampai keseluruh jazirah Arab. Negeri-negeri yang dulu dikuasai kerajaan Romawi dan Persia dua negara besar ketika itu, berhasil futuh ( dibuka, diislamkan) sehingga Madinah benar-benar menjadi pusat cahaya Islam yang menerangi dunia.
Akankah tinggal diam para penentang dakwah? Relakah mereka membiarkan Islam berkembang?
Tentu saja tidak. Segala macam perlawanan, peperangan dan tipu muslihat mereka lakukan untuk memadamkan cahaya dakwah tersebut. Namun Rasulullah dan para sahabat sudah memiliki modal yang kuat yaitu kegemaran melakukan Sholat. Sebagaimana Allah firmankan dalam surat Al-Baqarah ayat 153:
$ygr’¯»t z`Ï%©!$# (#qãZtB#uä (#qãYÏètGó$# Îö9¢Á9$$Î/ Ío4qn=¢Á9$#ur 4 ¨bÎ) ©!$# yìtB tûïÎÉ9»¢Á9$# ÇÊÎÌÈ
- Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu[99], Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.
Peperangan dan Ujian selama di Madinah
Tidak kurang dari 28 kali peperangan selama Rasulullah 10 tahun berada di Madinah. Jika dirata-rata hampir setiap 4 bulan terjadi peperangan. Ini bukan perkara penyebaran Islam dengan pedang sebagaimana yang dituduhkan oleh musuh-musuh Islam. Karena untuk merubah kejahiliyahan dan kebodohan menyembah sesama manusia atau menyembah berhala, membutuhkan kekuatan dan pengorbanan. Para pembesar dan tokoh-tokoh kafir selalu berupaya dengan segala cara untuk memadamkan dakwah ini, tetapi Allah berkehendak memenangkan Rasul dan para pengikutnya.
Selama 13 tahun di Makkah dakwah Islam mendapat ujian dan rintangan yang sangat dahsyat, hanya sedikit yang masuk Islam, sehingga Rasulullah berhijrah ke Madinah. Tahun kedua H di Madinah terjadi perang Badar, Rasulullah dan para sahabat berjumlah 313 orang bertempur melawan pasukan kafir 1000 orang. Tahun ketiga H terjadi perang Uhud, pasukan muslimin berjumlah 700 orang melawan pasukan kafir yang berjumlah 3000 orang.
Tahun kelima Hijriyah terjadi pengepungan dan pengeroyokan dari kabilah-kabilah seluruh negeri-negeri Arab (Ahzab, jamak dari Hizb) maka perang ini dinamakan perang Ahzab. Perang ini benar-benar menentukan hidup matinya dakwah Rasulullah. Karena Madinah dikepung dari luar, dan dikhianati dari dalam oleh orang Yahudi yang terikat perjanjian damai dengan kaum muslimin dalam Piagam Madinah, dan hidup bertetangga. Atas pertolongan Allah pasukan kafir yang berjumlah 10.000 disapu dengan badai pasir dan taufan yang diturunkan Allah untuk menghalau mereka dan memberikan kemenangan kepada pasukan muslimin yang berjumlah 3000 orang. Kisah perang ini Allah tuturkan dalam surat Al-Ahzab, nama surat sesuai dengan nama perang ini.
Menuju Kemenangan
Delapan tahun dakwah nabi atau 3tahun setelah perang Ahzab terjadi Fathu Makkah. Pembukaan kota Makkah dan pembebasan negeri kelahiran Rasulullah saw yang terjadi pada th ke 8 H. Rasulullah bersama pasukannya berjumlah 10.000 orang menunjukkan kekuatannya. Namun penaklukkan ini berjalan dengan damai, tidak ada penjarahan, tidak ada pertumpahan darah, tidak ada pembalasan dendam atas kejahatan orang-orang kafir Quraisy.
Inilah tonggak perubahan yang Allah tunjukkan setelah Isra’ Mi’raj. Bukan hanya urusan perintah sholat saja, tetapi lebih jauh lagi yaitu penyebaran dakwah Islam ke segala penjuru dunia. Dua tahun kemudian pada th ke 10 H Rasulullah melaksanakan haji Wada’, Rasulullah bersama kaum muslimin ketika itu berjumlah 125 .000 orang. Peristiwa ini dinamakan Haji Wada’yaitu haji perpisahan karena tak lama setelah haji Wada’Rasulullah wafat.
Inilah bukti kesuksesan dakwah Nabi, dari seorang diri menjadi beberapa puluh orang selama di Makkah. Kemudian menjadi lebih dari 300 orang pada th ke 2H. Meningkat menjadi 700 orang di tahun ke 3H. Meningkat menjadi 3000 orang ditahun ke 5H. Kemudian menjadi 10.000 orang di tahun ke 8H dan 125.000 orang pada tahun ke 10H. Inilah tonggak perubahan yang telah diperjuangkan nabi dan sahabat. Semoga kita bisa mengambil i brah dari peristiwa Isra’Mi’raj ini, sebagai tonggak perjuangan dakwah kita. ***RQh. 24 4 17
Daftar Pustaka
Tafsir Al-Azhar. Prof. Buya Hamka. Jakarta . Pustaka Panjimas 1987
Siroh Nabawiyah Safiur rahman Al-Mubarakfury. Jakarta Robbani Press 1998
Atlah Perjalanan Hidup nabi Muhammad. Dr. Sami’bin Abdullah Al-Maghluts. Jakarta Al-Maghirah 2008
Notulensi Kajian ceramah Isra’ Mi’raj oleh Ustazd Muhammadun Abdul Hamid MA, ahad 23 April 2017.