Hikmah Berqurban; Beda Persembahan Muslim dan Persembahan Musyrik

Hikmah Berqurban – Sudah banyak bahasan tentang hikmah berqurban, dan pula sudah sering disampaikan hikmah berqurban dalam kajian-kajian maupun khutbah-khutbah, terutama pada momentum Iedul Adha. Namun demikian, hikmah adalah samudera luas yang menyimpan mutiara-mutiara pesan yang tiada habisnya. Termasuk hikmah berqurban.

Maka, meskipun telah banyak telaah hikmah berqurban, tidak ada salahnya bila kali ini kita sama-sama menyelami hikmah berqurban yang lainnya. Dan pada tulisan hikmah berqurban ini, insyaAllah pelajaran hikmah berqurban akan kita telaah dari sudut pandang perbedaan antara persembahan Muslim dan persembahan Musyrik.

Muslim adalah seorang yang tunduk dan berserah diri hanya kepada Allah. Adapun Musyrik adalah seorang yang tunduk dan berserah diri selain kepada Allah, atau bilapun tunduk dan berserah diri kepada Allah namun juga tunduk dan berserah diri kepada selainnya. Sehingga seorang musyrik bila tidak mengabaikan Allah, maka ia menduakan Allah. Begitulah beda antara seorang Muslim dan seorang Musyrik. Dan di titik inilah kita gali hikmah berqurban.

Sebelum kita cermati perbedaan persembahan antara keduanya, kita perlu mengenali hakikat persembahan dalam kehidupan ini. Bahwa persembahan dan kehidupan manusia hampir tak bisa dipisahkan. Sebab, fitrah manusia selalu ingin memberikan persembahan. Dalam kondisi susah, maka persembahannya berfungsi untuk menghaturkan permohonan. Dalam kondisi senang, maka persembahannya berfungsi sebagai ekspresi kesyukuran.

Oleh karena itu, dalam semua komunitas manusia, selalu ada tradisi persembahan. Tapi, apakah semua tradisi persembahan itu sama? Tentu saja tidak, dan di sinilah kita akan menggali hikmah berqurban yang membedakan antara tradisi persembahan yang dibenarkan dan yang tidak dibenarkan.

Hikmah Berqurban (1)

Sejarah Qurban

Sebelum kita mengupas hikmah berqurban, sejenak kita mengembalikan ingatan akan sejarah qurban yang pernah ada sejak awal kehidupan manusia. Yang secara simbolis diabadikan dalam al Qur’an adalah sejarah Habil dan Qabil serta sejarah Ibrahim dan Ismail.

Tentang Habil dan Qabil, Allah telah memerintahkan Rasulullah untuk menceritakan seperti dalam surat Al Maa’idah ayat 27, “Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putra Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan qurban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil), ‘Aku pasti membunuhmu!’ Berkata Habil, ‘Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertaqwa.’

Tentang Ibrahim dan Ismail, Allah telah menceritakan dalam surat Ash Shaffaat ayat 102 – 110, “Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata, ‘Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!’ Ia menjawab, ‘Wahai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.’ Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis (nya), (nyatalah kesabaran keduanya). Dan Kami panggillah dia, ‘Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu.’ Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian, (yaitu) ‘Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim.’ Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.

Hikmah Berqurban (2)

Perbedaan Persembahan

Bukan tanpa makna Allah menghadirkan kisah persembahan semacam itu dalam kehidupan manusia. Sebab fitrah manusia memang tidak dapat lepas dari persembahan. Ketika dalam kondisi duka, mempersembahkan sesuatu untuk permohonan kebaikan. Ketika dalam kondisi suka, mempersembahkan sesuatu sebagai tanda kesyukuran.

Sehingga bila tidak diatur, maka akan lahirlah tabiat-tabiat yang menyelisihi fitrah kehambaan manusia. Kita mendapati dalam perjalanan zaman, ada yang membuat persembahan untuk pohon atau dihanyutkan ke lautan. Mereka menganggap, agar dijauhkan dari bala. Selain itu, setelah merasa dijauhkan dari bala, mereka pun membuat kembali persembahan. Peruntukannya macam-macam; baik ke roh maupun objek-objek nyata yang hakikatnya makhluk-makhluk Allah di muka bumi yang dianggap keramat.

Dan inilah bedanya persembahan dalam ibadah Qurban. Allah mensyariatkannya agar fitrah manusia tersebut mendapat saluran yang dibenarkan, dan tidak terjerumus pada saluran yang salah seperti yang dilakukan kaum Musyrikin. Begitulah hikmah berqurban.

Bila kaum Musyrikin membuat persembahan untuk menghindar atau meminta perlindungan dari bala, maka kaum Muslimin mempersembahkannya semata-mata karena ketaatan dan kesyukuran. Adapun terkait bala, seorang yang beriman telah meyakini bahwa dengan keimanan mereka maka otomatis akan mendapat perlindungan dari Allah kapanpun dan di manapun.

Lihat! Begitulah hikmah berqurban menampilkan perbedaan mental kaum Muslimin dan kaum Musyrikin.

 

Hikmah Berqurban

Sekarang mari kita rincikan beberapa hikmah berqurban yang bisa menjadi renungan bersama.

 

Hikmah Berqurban yang Pertama adalah Ketaatan

Seperti Habil dan Ibrahim yang segera berqurban semata-mata karena ketaatan kepada Allah. Bahkan Ismail yang hendak diqurbankan pun tak diribetkan dengan kerumitan perasaannya. Ia secara spontan mempersilakan.

Demikianlah hikmah berqurban, melaksanakan sesuatu semata-mata perintah dari Allah. Maka, kita menunaikannya cukup dengan adanya perintah itu, dan lepas dari perasaan-perasaan untuk menghindari bala sebagaimana orang-orang musyrik melakukan persembahan.

Dan karena berangkat dari ketaatan itulah, maka hendaknya kita mempersembahkan Qurban yang terbaik sebagaimana Habil telah mempersembahkan hasil kebun terbaiknya sehingga menjadi persembahan yang diterima oleh Allah. Hal itu karena menunjukkan kesungguhannya dan keikhlasannya dalam memberikan persembahan. Sudahkah hikmah berqurban ini kita miliki?

Hikmah Berqurban (3)

Hikmah Berqurban yang Kedua adalah Kesyukuran

Berbeda dengan orang Musyrik yang persembahannya demi menghindari bala, hikmah berqurban bagi seorang Muslim adalah sebagai wujud kesyukuran. Bersyukur atas rezeki dan nikmat Allah yang dianugerahkan kepada kita.

Itulah hikmah berqurban seperti difirmankan dalam surat al Hajj ayat 34, “Dan bagi tiap-tiap umat kami jadikan tempat berqurban (supaya ia berqurban) agar mereka mengingat nama Allah atas apa yang telah di rezqikan kepada mereka dari binatang ternak.

Tersebab nikmat dan rezeki itu asalnya dari Allah, maka saat Allah meminta untuk diqurbankan, maka serta-merta kita penuhi sebagai rasa syukur. Sebab bila Allah tidak menganugerahkan nikmat dan rezeki itu, maka tak ada selain-Nya yang bisa memberikan kepada kita. Sudahkah hikmah berqurban ini kita renungkan?

Hikmah Berqurban (4)

Hikmah Berqurban yang Ketiga adalah Mengembalikan Persembahan Hanya Kepada Allah

Selain sebagai wujud ketaatan dan kesyukuran, hikmah berqurban lainnya adalah mengembalikan semua persembahan hanya kepada Allah. Sebab yang memberikan nikmat adalah Allah, dan yang memerintahkan berqurban adalah Allah, maka persembahan qurban tersebutpun dikembalikan hanya kepada Allah.

Tentu ini jauh berbeda dengan persembahan orang Musyrik, yang tidak dikembalikan hanya kepada Allah. Padahal persembahan mereka dari Allah, namun kenapa dipersembahkan kepada selain Allah? Inilah pesan hikmah berqurban.

disajikan oleh Irfan Azizi – Kaderisasi Badan Pengurus Pusat Forum Lingkar Pena (BPP FLP)

| Jakarta, 25 Agustus 2017

Tinggalkan Balasan

Alamat email anda tidak akan dipublikasikan. Required fields are marked *