Oleh: Farid Zakaria
Siapa yang tidak tahu Al Quran? Kitab suci umat muslim yang mengandung banyak misteri sejak diturunkan hingga kini, detik ini? Bahkan hingga hari akhir nanti.
Sudah ribuan tahun lamanya para ulama dan penuntut ilmu lainnya berlomba-lomba untuk terus mempelajari dan mendalami Al Quran. Terkait dengan kemuliaan yang juga selalu membersamainya.
Kata salah seorang guru besar saya, bahwa hadits yang menyatakan tentang wajibnya belajar adalah terkait dengan Al Quran. Yang diwajibkan untuk dipelajari dan didalami adalah Al Quran, bukan yang lain. Karena baginya Al Quran sudah lebih dari sekedar kata cukup. Entahlah, ia berkata demikian setelah mengambil sumber dari mana. Tapi setidaknya dari sana juga saya berpikir bahwa memang Al Quran saja sudah cukup untuk memberikan kemuliaan dunia akhirat.
Bahasa sederhananya, cukuplah dengan alquran, maka dunia dan akhirat akan mengikuti di belakang.
Terlihat jelas bagaimana Sang Nabi menempatkan para hufadz di barisan paling depan dalam medan peperangan. Terlihat jelas bahwa Al Quran juga menjadi syarat mutlak untuk menjadi seorang komandan perang. Juga terpampang jelas dalam sejarah bagaimana kepribadian Qurani mampu menjadikan para sahabat sebagai sosok yang berbeda.
Para hufadz yang menjadi kepercayaan Nabi untuk menjadi utusan delegasi perkembangan Islam ke berbagai pelosok negeri jahiliyah. Para hufadz yang selalu menempati posisi-posisi strategisdalam sistem pemerintahan Nabi. Seorang hufadz yang mendapat jaminan surga oleh Allah dan RasulNya. Seorang hufadz yang mendapatkan kemuliaan memberikan syafaat pada 70 saudaranya. Atau 100 dalam riwayat lain.
Kemuliaan yang juga sampai pada orangtua yang mampu memiliki mahkota dengan sinar yang lebih terang dari mentari, bila anak mereka adalah seorang penjaga Al Quran. Lihatlah, betapa kemuliaan itu menyelimuti di hampir semua lini. Adalah Al Quran yang memberikan kemuliaan itu. Dunia dan Akhirat.
Al Quran juga memberikan selamat.
Kian hari kian banyak para aktifis dakwah yang jatuh berguguran, bukan hanya pada level amatiran, bahkan hingga level ustadz atau bahkan as-syaikh tak ingin ketinggalan untuk mengantri berguguran dalam medan dakwah. Dan terbukti memang bahwa yang menjadikan penyebab kefuturan mereka adalah kurangnya pemahaman terhadap nilai-nilai alquran yang mana merupakan landasan utama dalam menjalani hidup.
Lihat saja mereka yang mengaku aktifis dakwah di parlemen, tak mampu menahan godaan yang demikian hebatnya. Lihat juga mereka yang bergerak dengan slogan Ahlussunnah Waljama’ah, tak mampu bertahan dengan istiqamahnya. Mari tengok pada para pejuang kemerdekaan di Timur Tengah dan Afrika, mereka yang tiba-tiba membelot dan menjadi pengkhianat.
Dan masih banyak lagi contoh pribadi yang gagal dalam mempertahankan istiqamah dalam medan jihad dan dakwah yang penyebab utamanya adalah kurangnya pemahaman terhadap alquran dan sunnah.
Seberapa jauh kita telah mempersiapkan diri dalam menghadapi semua ini?
Ingatlah, bahwa perjuangan ini tidak berhenti hanya pada regangnya nyawa yang kita miliki. Bahwa perjuangan ini akan senantiasa memiliki penerus, akan senantiasa hidup dan terus bergerak.
Ayah saya pernah berkata pada istrinya,
“Kita tidak punya apa-apa untuk kita berikan pada mereka (anak-anak), kita hanya mampu mendidik mereka dengan Al Quran yang akan menjadi bekal kehidupan dunia dan akhirat mereka.”
Ayah berkata demikian ketika ibu terus-menerus menangis merindukan anak-anaknya yang dititipkan pada sebuah pesantren Quran.
Dari sana juga saya tahu bahwa untuk mengejar cita-cita mulia yang ditanamkan orangtua itu memang membutuhkan pengorbanan yang tidak sedikit, segala upaya dan daya dikerahkan, perasaan pun dikorbankan dan tak ketinggalan hak belai kasih ibu pun tak saya rasakan seperti kebanyakan anak lain hidup senang. Bukan berarti saya tak mendapatkan, tapi waktu yang seharusnya untuk belai kasih itu lebih bayak terbuang di sebuah pelosok pesantren, yang dari sana cita-cita mulia ini bermula.
Ingatlah, bahwa setiap amal baik yang kita kerjakan sekali-kali tidak pernah bernilai kesia-siaan. Yakinlah bahwa setiap hembusan niat baik selalu mendapatkan tempat khusus disisi Allah. Mari kita hidupkan hari-hari kita dengan Al Quran, warnai dunia kita dengan segala hal yang berkaitan dengan Al Quran.
Tak ada secuilpun kata merugi. Percayalah.
Bahwa Al Quran diturunkan dengan kemuliaan yang membersamainya.
Sumber: www.fimadani.com
One Comment