Anak Shalih Dimana Kutemukan?

Anak shalih, semua orang tua mendambakan memiliki anak shalih. Anak shalih adalah kebanggaan orang tua. Memiliki anak shalih adalah harapan setiap pasangan.

 

Kalau ada pertanyaan apakah mau punya anak shalih? Pasti semua akan menjawab mau, tak ada satupun yang menolak. Namun sayangnya anak shalih tidak bisa dipesan dipabrik, tidak bisa beli di super market/mall. Anak sholih harus diupayakan dan diperjuangkan. Lalu kalau ada pertanyaan selanjutnya,  siapkah kita jadi orang tua shalih?… nah…lho….. mikir dulu jawabnya, benarkah kita sudah jadi orang tua yang shalih? Sehingga kita layak berharap memiliki anak shalih?

Tidak ada lembaga pendidikan dan sekolah yang menawarkan program menjadi  orang tua teladan, menjadi orang tua yang berhasil mendidik anaknya menjadi sholih, dan berprestasi. Kebanyakan para orang tua mendidik anaknya dengan pola asuh sesuai yang diterima mereka saat  masih kecil. Padahal orang tuanya dahulu mengasuh tanpa ilmu, sedangkan kondisi dan tantangan anak-anak zaman sekarang sangat jauh berbeda dengan yang dihadapi oleh masa kecil orang tua mereka.

Melihat fenomena dan kebingungan  para orang tua menghadapi kenyataan banyaknya anak yang susah diatur, broken home, korban narkoba dan lain-lain, bisa saja karena mereka para orang tua menjalani kehidupan berkeluarga tanpa arah. Mereka “nyemplung” ke dalam biduk rumah tangga tanpa konsep, tanpa visi, semua dijalani apa adanya, “bagaimana nanti!”, bukannya “nanti bagaimana?”. Sehingga , penulis merasa dibutuhkan pembahasan untuk berusaha menjawab kebingungan tersebut.

 

Mengapa Kita Menginginkan Anak Shalih?

Ada tiga alasan mengapa manusia menginginkan anak yang sholih, yaitu:

1.Mengikuti tuntunan Allah Agar manusia hidup bahagia.

Manusia sangat mudah terpedaya oleh kesenangan dunia yang menyebabkan dirinya tergoda untuk berbuat maksiat, anak dan istri mudah sekali melalaikan manusia dari mengingat Allah. Maka Allah memperingati dan mengajarkan manusia dengan doa dalam surat al Furqon ayat 74 sebagai bentuk kasih sayang Allah kepada hamba-Nya.

tûïÏ%©!$#ur šcqä9qà)tƒ $oY­/u‘ ó=yd $oYs9 ô`ÏB $uZÅ_ºurø—r& $oYÏG»­ƒÍh‘èŒur no§è% &úãüôãr& $oYù=yèô_$#ur šúüÉ)­FßJù=Ï9 $·B$tBÎ) ÇÐÍÈ

  1. Dan orang orang yang berkata: “Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (Kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.

Dalam surat Al Furqon 74 di atas Allah mengajarkan kita agar berdoa  untuk meminta 3 hal yaitu:

  1. Istri/pasangan yang jadi penyejuk mata (menyenangkan hati).
  2. keturunan anak sholih
  3. dijadikan imam bagi orang yang bertaqwa

2.Tuntunan Rasul agar Manusia Selalu Tersambung Amal dan Pahalanya Sampai ke Akhirat.

Walaupun sudah meninggal dunia, manusia tetap berpeluang untuk mendapatkan pahala dari tiga sumber,walaupun jasad telah berpisah dari ruh. Mari simak hadits Rasulullah berikut:

Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah bersabda:

“Jika anak Adam telah mati, maka terputuslah segala amalnya, kecuali tiga perkara yaitu: anak sholih yang mendoakannya, ilmu yang bermanfaat (setelah kematiannya) sedekah yang pahalanya mengalir terus.”

3.Agar Manusia Selamat dari Tipu Daya dan Fitnah Dunia

Anak dan istri sangat berpotensi menjadi fitnah/ ujian, maka doa yang diajarkan dalam surat Al Furqon ayat 74 diatas  merupakan salah satu usaha agar manusia terhindar dari fitnah dunia.

Bahkan ujian dan fitnah anak dan istri tidak luput menimpa dua hamba Allah yang sholih yaitu  nabi Nuh dan Nabi Luth. Seperti dalam surat At-Tahrim ayat 10.

šUuŽŸÑ ª!$# WxsVtB šúïÏ%©#Ïj9 (#rãxÿx. |Nr&tøB$# 8yqçR |Nr&tøB$#ur 7Þqä9 ( $tFtR%Ÿ2 |MøtrB Èûøïy‰ö6tã ô`ÏB $tRϊ$t7Ïã Èû÷üysÎ=»|¹ $yJèd$tFtR$yÜsù óOn=sù $uŠÏZøóム$uKåk÷]t㠚ÆÏB «!$# $\«øŠx© Ÿ@‹Ï%ur Ÿxäz÷Š$# u‘$¨Z9$# yìtB tû,Î#Åzº£‰9$# ÇÊÉÈ

  1. Allah membuat isteri Nuh dan isteri Luth sebagai perumpamaan bagi orang-orang kafir. keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua isteri itu berkhianat[1487] kepada suaminya (masing-masing), Maka suaminya itu tiada dapat membantu mereka sedikitpun dari (siksa) Allah; dan dikatakan (kepada keduanya): “Masuklah ke dalam Jahannam bersama orang-orang yang masuk (jahannam)”.

 

[1487]  Maksudnya: nabi-nabi sekalipun tidak dapat membela isteri-isterinya atas azab Allah apabila mereka menentang agama.

Ayat ini menjadi bukti sejarah bahwa dua orang lelaki yang sholih mendapat ujian berupa pembangkangan anak dan istrinya. Mereka tidak mau beriman mengikuti agama ayah mereka yang merupakan seorang nabi dan penyeru dakwah.

Ini menjadi peringatan keras bagi kita sebagai  hamba Allah yang dhoif dan masih berlumur dosa, agar berhati-hati dalam mendidik anak istri kita.

Mari belajar dari sejarah dan kisah-kisah umat terdahulu yang banyak tersebar dalam Qur’an, agar kita mengambil  hikmah dari kisah-kisah tersebut. Kita harus menanamkan aqidah dan akhlak yang baik kepada anak istri dan anggota keluarga kita sebagai benteng untuk mencegah fitnah dan kerusakan yang ditimbulkannya.

Allah juga mengingatkan kita dalam Qur’an  seperti dalam surat At-Taghobun ayat 14-15 dan surat  Al Munafiqun ayat 9. Sungguh Allah memperingatkan manusia dengan ayat-ayat ini sebagai rambu-rambu agar manusia tidak tergelincir ke jurang kehancuran.

$pkš‰r’¯»tƒ šúïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä žcÎ) ô`ÏB öNä3Å_ºurø—r& öNà2ω»s9÷rr&ur #xr߉tã öNà6©9 öNèdrâ‘x‹÷n$$sù 4 bÎ)ur (#qàÿ÷ès? (#qßsxÿóÁs?ur (#rãÏÿøós?ur  cÎ*sù ©!$# ֑qàÿxî íO‹Ïm§‘ ÇÊÍÈ !$yJ¯RÎ) öNä3ä9ºuqøBr& ö/ä.߉»s9÷rr&ur ×puZ÷GÏù 4 ª!$#ur ÿ¼çny‰YÏã íô_r& ÒOŠÏàtã ÇÊÎÈ

  1. Hai orang-orang mukmin, Sesungguhnya di antara Isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu[1479] Maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
  2. Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.

 

[1479]  Maksudnya: kadang-kadang isteri atau anak dapat menjerumuskan suami atau ayahnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak dibenarkan agama.

 

.

Perhatikan juga ayat 9 dari surat Al Munafiqun

$pkš‰r’¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä Ÿw ö/ä3Îgù=è? öNä3ä9ºuqøBr& Iwur öNà2߉»s9÷rr& `tã ̍ò2ό «!$# 4 `tBur ö@yèøÿtƒ y7Ï9ºsŒ y7Í´¯»s9’ré’sù ãNèd tbrçŽÅ£»y‚ø9$# ÇÒÈ

  1. Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. barangsiapa yang berbuat demikian Maka mereka Itulah orang-orang yang merugi.

Maha besar Allah dan maha Rahiiim.  Ayat di atas merupakan bentuk kasih sayang dan kecintaan Allah yang demikian besar kepada hamba-Nya, dengan memberikan peringatan  rambu-rambu ini. Namun banyak kita dapati manusia yang mengabaikan ayat ini. Akibatnya banyak terjadi kerusakan dan penyakit social di masyarakat seperti kenakalan remaja, broken home, kecanduan narkoba, kebebasan seks, aborsi dan banyak lagi kerusakan yang menimpa anak-anak kita karena kelalaian orang tua dalam mendidiknya sejak dini.

  1. Agar Menjadi Pemimpin Bagi Orang-Orang Bertakwa.

Maka tuntunan berupa doa yang diajarkan kepada manusia, agar terhindar dari fitnah anak dan istri ,Allah tuangkan dalam surat Al-Furqon 74 yang penulis kutip di awal pembahasan ini.

Dalam ayat tersebut manusia meminta dua hal utama, yaitu pertama istri dan anak keturunan yang beribadah dan taat kepada Allah, sehingga merasa bahagia di dunia dan di akhirat, kedua meminta kepada Allah agar menjadikan mereka orang yang memberi petunjuk , penyeru kebaikan, pemimpin bagi orang bertaqwa.

Sebelum sanggup untuk menjadi seorang pemimpin bagi orang yang bertakwa, tentulah seorang hamba harus selamat dari ujian fitnah harta, anak dan istri. Dia harus menjadi pribadi shalih dan bermental kokoh , serta memiliki keluarga yang tangguh yang sangat  dibutuhkan untuk membentenginya dari segala godaan, dan tipu daya dunia. Syarat utamanya adalah  ketakwaan.

Dapat difahami bahwa keinginan memiliki istri/pasangan sholih/sholihah dan keturunan yang jadi penyejuk mata merupakan sunnatullah , maka usaha untuk mencapainya menjadi sebuah keharusan. Mustahil seseorang menginginkan sesuatu namun berpangku tangan hanya mengharap keajaiban dari langit. Usaha tersebut dimulai dari diri sendiri, yaitu:

Menjadi Pribadi Yang Shalih

Sebelum mewujudkan impian memiliki anak sholih, seorang calon ayah harus menjadi pribadi yang shalih. Memperbaiki akhlak dan agamanya, sehingga dia layak mendapatkan pasangan

yang sepadan yaitu wanita sholihah. Sebagaimana janji Allah dalam surat An-Nur ayat 26:

àM»sWÎ7sƒø:$# tûüÏWÎ7y‚ù=Ï9 šcqèWÎ7y‚ø9$#ur ÏM»sWÎ7y‚ù=Ï9 ( àM»t6Íh‹©Ü9$#ur tûüÎ6Íh‹©Ü=Ï9 tbqç7ÍhŠ©Ü9$#ur ÏM»t6Íh‹©Ü=Ï9 4 y7Í´¯»s9’ré& šcrâ䧎y9ãB $£JÏB tbqä9qà)tƒ ( Nßgs9 ×otÏÿøó¨B ×-ø—Í‘ur ÒOƒÌŸ2 ÇËÏÈ

  1. Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki- laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga)[1034].

 

[1034]  ayat Ini menunjukkan kesucian ‘Aisyah r.a. dan Shafwan dari segala tuduhan yang ditujukan kepada mereka. Rasulullah adalah orang yang paling baik Maka Pastilah wanita yang baik pula yang menjadi istri beliau.

 

Supaya layak mendapatkan pasangan yang baik maka para pemuda dan pemudi harus memperbaiki  agamanya, menjaga akhlaknya dan selalu bergaul dengan orang-orang shalih sehingga jiwanya dipenuhi ketaatan dan kecintaan kepada Allah dan Rasulnya.

Dua pribadi yang terjaga akhlak dan agamanya akan menyempurnakan separuh diennya dengan melangkah ke jenjang ikatan pernikahan sebagai salah satu sunnah Rasululah untuk menjaga diri dari godaan syahwat dan serbuan gaya hidup jahiiyah.

Dua insan yang membangun sebuah keluarga dengan semangat menjaga agama dan membersihkan diri akan saling bekerja sama dalam mewujudkan keluarga sakinah mawaddah wa rahmah. Mereka menyadari perbedaan latar belakang budaya dan adat istiadat , karakter, sifat, hobby dan sebagainya tidak akan saling bertabrakan, semua saling memahami dan saling menyesuaikan diri untuk tujuan yang satu, membangun keluarga harmonis.

Setiap manusia memiliki kekurangan dan kelebihan, justru dengan kekurangan itu mereka akan saling melengkapi dan saling menyesuaikan diri. Allah hendak menggali potensi pasangan agar tumbuh dan berkembang. Janganlah salah satu mmendominasi sehingga membenamkan potensi pasangan yang lain. Berbagi peran akan menguatkan posisi masing-masing sehingga keduanya menyadari tugas dan kewajibannya dengan menegakkan perintah Allah dan Rasulnya.

Mereka mengetahui peran dan tanggung jawabnya yang memang sudah jelas diatur dan digariskan dalam Al-Qur’an . Dengan menyadari posisi masing-masing mereka akan memiliki visi dan misi yang sama dalam membangun keluarga.*** Ruqoyah Ridwan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email anda tidak akan dipublikasikan. Required fields are marked *