TUJUH CARA MULIAKAN DIRI DENGAN AL-QUR’AN
Hidup mulia, dihargai dan dihormati penduduk langit dan bumi, Oh… tentu semua orang ingin mencapai kemuliaan itu. Hidup mulia dengan memuliakan Al-Qur’an. Hidup mulia itu bahagia. Hidup mulia itu dalam bimbingan Al-Qur’an, karena Al-Qur’an itu mulia, sehingga siapa yang dekat dengannya akan terbawa kepada kemuliaan.
Ibarat selembar kardus, jika ditempelkan kepada Al-Qur’an dia akan menjadi mulia, kardus itu karena melekat pada Al-Qur’an dibawa dengan hati-hati, yang memegangnya orang yang bersuci, disimpan di rak yang rapi, tersusun di rak yang bersih. Bandingkan jika kardus berada di dalam sepatu, dia akan diinjak-injak. Masuk ke tempat yang kotor, terkena debu, batu, air hujan, lumpur, apalagi jika berjalan di tempat yang kotor dan becek, kardus itu akan semakin terhina dan sengsara.
Begitu pula manusia, jika dia bersama Al-Qur’an dia akan dimuliakan. Akhlaknya terjaga, hatinya selalu condong kepada kebaikan. Jiwanya selalu disirami dengan hidayah disebabkan dekat dengan Al-Qur’an. Langkah kakinya akan mengantarnya ke tempat-tempat yang baik, dijauhkan dari tempat-tempat maksiat. Hidupnya menjadi tentram, hatinya dipenuhi dengan cahaya iman.
Sebaliknya manusia yang jauh dari Al-qur’an, dia akan rendah di hadapan manusia dan juga dihadapan penduduk langit. Hatinya selalu galau. Pikirannya dipenuhi dengan masalah . nafsunya mengajak kepada pemuasan syahwat yang kotor. Ruhiyahnya kering. Kakinya sering membawanya ke tempat yang kotor, tempat yang penuh hiruk pikuk dunia, yang jauh dari dzikrullah. Hatinya dipenuhi dengan sifat rakus, tamak, iri, dengki, kikir dan sifat-sifat buruk lainnya.
Al-Qur’an adalah karunia Allah teragung yang Allah limpahkan kepada manusia. Demikian agung nilai, fungsi, dan pengaruh Al-Qur’an sehingga Al-Qur’an lebih mulia, lebih berharga dari pada seluruh kekayaan di dunia.
Sebagaimana firman Allah dalam surat Yunus ayat 57-58
“Hai manusia sesungguhnya telah datang kepada kalian (Al-Qur’an) sebagai pelajaran dari Rabb kalian, penyembuh bagi penyakit-penyakit yang berada di dalam dada, petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.
Katakalah dengan Karunia Allah dan RahmatNya, hendaklah dengan itu kalian bergembira. (Karena) Karunia Allah dan Rahmatnya itu lebih baik dari apa (dunia dan isinya) yang mereka kumpulkan.
Para ulama tafsir generasi salaf yaitu Abu Sa’id Al-Khudri, Ibnu Abbas, Hilal bin Yisaf, Mujahid, Hasan Al Basri dan Ibnu Juraij menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan karunia Allah adalah Islam dan RahmatNya adalah Al-Qur’an.
Menurut Sayyid Qutb menafsirkan ayat ini, Karunia dan Rahmat Allah (Islam dan Al-Qur’an) inilah yang layak untuk memberikan kegembiraan. Kegembiraan spiritual yang akan membebaskan jiwa dari belenggu ambisi dunia yang semu dan akan lenyap, hancur, tak berguna. Bukan kegembiraan berupa harta benda dan kesenangan dunia, karena kesenangan dunia akan membelenggu memperbudak dan minta dilayani, sedangkan hati yang disinari Al-Qur’an justru akan menjadikan harta dunia sebagai pelayan, sambil menikmati hartanya dijadikan sebagai sarana mendekat kepada Allah.
Islam dan Al-Qur’an adalah rahmat yang hakiki dan kekal. Adapun emas, perak, perniagaan, rumah, kendaraan, jabatan semua kenikmatan dunia lainnya hanyalah sementara, semua akan hancur, semua akan kita tinggalkan. Yang kita bawa ketika mati, ketika kita menghadap Allah hanyalah hati yang bersih, hati yang dipenuhi iman.
Sebagaimana Allah befirman dalam surat Asyuara ayat 88-89
“Pada hari ketika tidak bermanfaat harta dan anak. Kecuali yang datang kepada Allah dengan hati yang selamat (Hati yang bersih penuh dengan keimanan)”
Justru Al-Qur’an itu yang kita akrab dengannya di dunia, pada hari kiamat akan menjadi teman kita, pembela kita dan memintakan kepada Allah agar memuliakan kita.
“Bacalah Al-Qur’an karena dia pada hari kiamat akan datang memberi syafaat kepada para sahabatnya” (HR Muslim)
Saat sulit, ketakutan melilit, azab neraka siap menggigit, Al-Qur’an akan datang tanpa rumit memberi syafaat di hari berbangkit kepada para sahabatnya pengikut risalah langit.
Inilah tujuh “Ta” yang harus kita gamit:
- Tahsdiiq (Imani)
Yakin bahwa Al-Qur’an kitab yang turun dari Allah sebagai pedoman hidup. Tanda kita mengimani Al-Qur’an adalah dibaca, dijadikan rujukan , sebagai hakim jika ada perselisihan.
Yakin, bahwa Al-Qur’an adalah kitab suci berisi ucapan Allah, semua ayat yang ada di dalamnya adalah benar, semua berita yang disampaikannya adalah kebenaran. Pedoman dan jalan hidup. Siapa yang mengimaninya akan selamat, siapa yang berpaling darinya akan celaka dunia dan akhirat.
Q.S Al Baqoroh ayat 121, Allah berfirman: “orang-orang yang telah kami beri kitab, mereka membacanya dengan sebenarnya, mereka itulah orang yang beriman kepadanya (Al-Qur’an) dan siapa yang ingkar kepadanya , merela itulah orang yang merugi.”
- Tilawah (Baca)
Jadikan membaca AlQur’an sebagai kebiasaan yang mem-budaya. Sudah otomatis seakan ada yang hilang jika tidak membacanya satu hari saja. Al-Qur’an sebagai makanan ruhani. Al-Qur’an yang kita baca akan menjadi cahaya yang menerangi hati kita, akan menjadi timbangan amal sholeh. Karena Allah akan membalas dengan pahala yang dihitung per huruf akan mendapat 10 kebaikan.
Seorang muslim harus memiliki hubungan yang istimewa dengan Al-Qur’an. lebih istimewa dengan seorang kekasih. Apabila seorang kekasih tidak bosan-bosannya membaca surat dari kekasihnya, harusnya dengan Al-Qur’an lebih dari hubungan kekasih. Karena Al-Qur’an ayatnya berisi nasihat, bahkan ia adalah mu’jizat. Tentu menjadi sebuah keberuntungan jika menghabiskan waktu bersama Al-Qur’an.
- Tahsin (Mempelajari tajwid)
Untuk menghasilkan bacaan Al-Qur’an yang baik, sebagai bentuk memuliakan kitab Suci, wajib membacanya dengan tajwid yang benar, karena Al-Qur’an diturunkan dengan bahasa Arab, maka kita wajib membacanya seperti lidah orang Arab. (QS.Yusuf 2)
Membaca Al-Qur’an harus memperhatikan ilmu tajwid mulai dari makhroj, hukum nun, hukum mim, bacaan Mad (panjang pedeknya), mengenali ayat-ayat ghorib supaya terhindar dari kesalahan. Karena salah makhroj bisa salah arti, salah mad juga bisa merubah arti.
- Tadabbur (Merenungkan, memperhatikan, mengambil hukmah)
Berusaha memahami kandungannya, hikmah dari setiap ayat. Mentadabburi ayat Al-Qur’an akan mengokohkan iman dan menjadi cahaya yang menerangi jiwa dan pikiran. Karena sasaran utama diturunkannya Al-Qur’an adalah hati, sebagaimana firman Allah dalam Q.S Asy-Syuara’ ayat 192-195:
“Dan sesungguhnya Al-Qur’an ini benar-benar diturunkan oleh Rabb semesta alam. Dia dibawa turun oleh Ruh- Al Amin (Jibril) ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang yang memberi peringatan. dengan bahasa Arab yang jelas.”
Al-Qur’an turun dihati untuk menyehatkan hati yang sakit dan ntuk menghidupkan hati yang mati. Karena itu Allah menjelaskan bahwa hanya orang-orang yang menghadirkan hatinya saja yang dapat mengambil pelajaran. Dalam surat Shad ayat 29 Allah berfirman:
“(Al-Qur’an) itu adalah kitab suci yang kami turunkan kepadamu dengan diberkahi, agar mereka mentadabburi ayat-ayatnya dan supaya orang-orang yang berakal mengambil pelajaran darinya.”
- Tahfizh (Menghafalnya dan murojaah)
Al-Qur’an adalah perkataan yang paling mulia. Kitab suci yang tidak ada satupun keraguan di dalam nya. Petunjuk bagi orang yang beriman, maka menghafal Al-Qur’an adalah sebuah perkaya yang sangat dianjurkan. Supaya tertancap di dada, menjadi cahaya menerangi hati, inner biauty kecantikan dari dalam.
Rasulullah bersabda: “ Perumpamaan orang yang membaca Al-Qur’an dan menghafalnya adalah ia akan bersama para utusan Allah (Malaikat) yang mulia lagi selalu berbuat kebaikan. Adapun orang yang membaca Al-Qur’an dan ia ia berusaha menghafalnya dengan kesulitan, maka baginya 2 pahala.”
6.Tathbiq (Mengamalkannya)
Al-Qur’an itu berisi petunjuk, siapa yang mengamalkannya akan beruntung (memberinya kemudahan hidup, ketenangan, kebahagiaan). Siapa yang melalaikannya akan merugi (susah hidupnya, gelisah, mudah marah, gersang hatinya).
Ibnu Abbas orang yang paling faham Al-Qur’an . Suatu hari datang tiga orang tamu dari tiga kota. Mereka mengadu-kan berbagai masalah kepada Ibnu Abbas.
Orang pertama kampungnya kekeringan Ibnu Abbas menjawab : Istighfarlah! Orang kedua datang dari dusun minta dikaruniai keturunan. Jawab Ibnu Abbas: Istighfarlah! Orang ketiga datang dengan masalah kemiskinan. Jawab Ibnu Abbas: Istighfarlah!
Ketiga orang tersebut merasa dipermainkan . “Bagaimana mungkin tiga perkara yang berbeda hanya dengan satu kata: “istighfarlah”
Ibnu Abbas menjawab:” silahkan buka surat Nuh ayat 10-12.“Maka aku berkata : Mohonlah ampun kepada Robbmu sesungguhnya Dia maha pengampun (10). Niscaya pasti Dia turunkan hujan yang lebat kepadamu (11) . Dan Dia memperbanyak harta dan anak-anakmu, dan menjadikan kebun-kebun dan sungai-sungai utukmu.”(12)
7.Ta’lim (Mengajarkannya dan mendakwahkannya)
“Orang yang paling baik diantara kalian adalah yang mempelajari Al-Qur’an dan yang mengajarkannya” (HR. Bukhori, Abu Daud, At-Tirmidzi. Ibnu Majah dan Ad-Darimi)
Cara menjaga hafalan adalah mengajarkan nya kepada orang lain. Mengulang-ulang bacaan kita ketika mengajarkan, maka hafalan akan semakin baik .
Pakistan negara berkembang seperti di Indonesia, rakyat nya hidup dekat dengan Qur’an, harga daging dan susu terjangkau oleh orang miskin. Setiap tiga rumah ada satu penghuni yang hafal Al-Qur’an. (Abdeldaeem AlKaheel. Cara Mudah menjadi Penghafal Al-Qu’ran. Penerbit Tarbawi).
Bahkan data terbaru 2015 menurut buku Negeri-negeri para Penghafal Al-Qur’an, di Pakistan setiap 1 rumah ada 3 penghafal Al-Qur’an.
Bandingkan dengan Indonesia yang kaya raya Allah anugrahkan lautan yang luas, dengan 17.408 pulau .Penduduk nya jauh dari Al-Qur’an, banyak maksiat, hingga kemiskinan dan musibah silih berganti
Semoga kita bagian dari para sahabat Al-Qur’an yang mendapat syafaat di hari yang anak dan harta tidak bermanfaat, kecuali amal sholeh yang melekat dalam hidup yang singkat, di dunia yang memikat, para hamba yang terjerat, hingga menyesal di akhirat, azab Allah melaknat, bagi orang yang maksiat.***Ruqoyah Ridwan
Sumber:
1.ceramah Ramadhan DR.Khairan M Arief. MED 1433 H
- Negeri-negeri Para Penghafal Al-Qur’an. Abu Ammar dan Abu Fatiah Al-Adnani.Al-Wafi . Sukoharjo. 2015
- 30 Hari Sukses Menjadi Penghafal Al-Qur’an. Ruqoyah Ridwan. Al-Qur’an Center Ummu Habibah. Jakarta 2015.
- Abdeldaeem AlKaheel. Cara Mudah menjadi Penghafal Al-Qu’ran. Penerbit Tarbawi