Pendidikan anak dalam islam: Perangkat-perangkat Mendidik Anak

Apa saja perangkat pendidikan anak dalam islam ?

Perangkat pendidikan anak dalam islam sangatlah penting, bahkan harus disiapkan jauh sebelum memilih pasangan. Mengapa?

Pendidikan anak dalam islam harus dimulai jauh  sebelum orang tuanya menentukan kepada siapa dia akan menyemai benihnya, memberi amanah kepada seorang wanita yang akan jadi istrinya untuk menjadi ibu bagi anak-anaknya. Maka dibutuhkan berbagai perangkat untuk mewujudkan pendidikan anak dalam islam  yang sesuai harapan, yaitu

A. Memilih Istri yang akan Menjadi Ibu bagi Anak Keturunannya

Al-Qur’an begitu besar perhatiannya kepada pentingnya memiliki anak yang sholeh sebagai penyejuk mata. Namun mewujudkan keinginan memiliki anak yang sholeh tidak cukup dengan doa, harus ada upaya yang serius sejak awal sebelum menikah. Para pemuda harus memperhatikan siapa yang akan jadi pendamping hidupnya guna mendapatkan anak keturunan yang sholeh. Wanita yang dipinangnya menjadi istri haruslah wanita sholihah karena akan menjadi ladangnya dalam menyemai bibit keturunan.

Dalam surat  Al-Baqoroh ayat 223 Allah berfirman:

öNä.ät!$|¡ÎS Ó^öym öNä3©9 (#qè?ù’sù öNä3rOöym 4’¯Tr& ÷Läê÷¥Ï© ( (#qãBÏd‰s%ur ö/ä3Å¡àÿRL{ 4 (#qà)¨?$#ur ©!$# (#þqßJn=ôã$#ur Nà6¯Rr& çnqà)»n=•B 3 ̍Ïe±o0ur šúüÏZÏB÷sßJø9$# ÇËËÌÈ

  • Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, Maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah dan Ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman.

2.Peran Istri Sebagai Ibu Bagi Anak Suaminya

Seorang ibu memegang peranan yang sangat penting dalam kewujudkan cita-cita memiliki keturunan yang baik/sholih yang akan jadi penyejuk mata.

Dalam sebuah pepatah arab disebutkan:” Al-Ummu madrosatul ula, ibu adalah sekolah pertama bagi anak-anaknya.  Jika engkau mempersiapkannya dengan baik, maka engkau telah  menyiapkan masyarakat yang baik.” Karena keluarga adalah inti dari masyarakat.

Pepatah arab ini sudah sering kita dengar dan sudah akrab di teliga kita, namun hanya sedikit yang menyadari akan pentingnya peranan seorang ibu dalam menyiapkan sebuah generasi.

Setiap orang tua pasti mendambakan memiliki anak-anak yang sholeh. Karena anak yang sholeh adalah penyejuk mata, penghibur dikala duka, penghilang segala penat dan lelah, tempat  menyemai harap dan asa

Seorang ibu rela terjaga dari tidurnya saat mendengar tangis buah hati di malam hari. Seorang ayah hilang rasa lelah dan penat saat tiba di rumah dan berkumpul dengan anak dan istrinya. Maka Allah mengajarkan doa yang penuh makna bagi setiap pribadi yang mendambakan keturunan sholih-sholihah , yaitu seperti yang termaktub dalam surat Al-Furqon ayat 74 di atas.

Pendidikan anak dalam islam bukanlah perkara mudah, ia harus dirancang  sebelum seseorang melangkah ke jenjang pernikahan.

Rasulullah bersabda:” Wanita dinikahi karena empat sebab , karena hartanya, keturunan/nasabnya, kecantikannya dan agamanya. Pilihlah/dahulukan wanita yang agamanya baik, jika tidak kamu akan celaka” (H.R Bukhori dan Muslim dari Abu Hurairah)

Allah telah menyiapkan para ibu dengan berbagai potensi agar bisa memberikan pengayoman dan pengorbanan untuk anak-anaknya. Seorang ibu rela dengan ikhlas menjalani proses kehamilan yang berat, rela menyusui dan membesarkan anaknya dengan sepenuh jiwa, mengorbankan waktu istirahatnya untuk menjaga anaknya. Maka untuk tugas tersebut Allah muliakan perempuan dengan memerintahkan kepada manusia agar berbakti kepada orang tuanya, perintah ini termaktub dalm surat Al Ahqof ayat 15

$uZøŠ¢¹urur z`»|¡SM}$# Ïm÷ƒy‰Ï9ºuqÎ/ $·Z»|¡ômÎ) ( çm÷Fn=uHxq ¼çm•Bé& $\döä. çm÷Gyè|Êurur $\döä. ( ¼çmè=÷Hxqur ¼çmè=»|ÁÏùur tbqèW»n=rO #·öky­ 4 #Ó¨Lym #sŒÎ) x÷n=t/ ¼çn£‰ä©r& x÷n=t/ur z`ŠÏèt/ö‘r& ZpuZy™ tA$s% Éb>u‘ ûÓÍ_ôãΗ÷rr& ÷br& tä3ô©r& y7tFyJ÷èÏR ûÓÉL©9$# |MôJyè÷Rr& ¥’n?tã 4’n?tãur £“t$Î!ºur ÷br&ur Ÿ@uHùår& $[sÎ=»|¹ çm9|Êös? ôxÎ=ô¹r&ur ’Í< ’Îû ûÓÉL­ƒÍh‘èŒ ( ’ÎoTÎ) àMö6è? y7ø‹s9Î) ’ÎoTÎ)ur z`ÏB tûüÏHÍ>ó¡ßJø9$# ÇÊÎÈ

  • Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia Telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: “Ya Tuhanku, tunjukilah Aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang Telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya Aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya Aku bertaubat kepada Engkau dan Sesungguhnya Aku termasuk orang-orang yang berserah diri”

Begitulah… Allah  telah ciptakan rasa kasih sayang pada  diri seorang ibu karena dia mengemban tugas mulia, yaitu menyambung generasi. Andaikan para ibu enggan mengandung dan melahirkan seperti yang terjadi saat ini di negara-negara maju di Eropa, Amerika dan Asia yang para wanitanya aktif bekerja mengejar karier, menyebabkan ketidak seimbangan jumlah populasi manusia, kaum tua lebih banyak dari para pemuda . Jumlah kematian lebih tinggi dari angka kelahiran, bentuk piramida terbalik, mengerucut dan kecil di bawah,besar di atas. Jika kondisi ini tidak diperbaiki maka kemungkinan bangsa tersebut akan punah dalam 20-30tahun ke depan.

  • Peran Ayah Dalam Pendidikan anak dalam islam

Seorang ayah adalah kepala keluarga, di pundaknya terletak tanggung jawab pendidikan anak dalam islam , meskipun didelegasikan kepaaada seorang ibu , namun anak tetap membutuhkan sosok ayah sebagai pelindung yang mendidik dengan keteladanan tentang keberanian, kedewasaan, kewaspadaan dan sifat-sifat kesatria.

Anak yang sejak kecil tumbuh dalam kehangatan dan kepemimpinan seorang ayah akan tertanam dalam jiwanya sebuah gambaran yang benar tentang tugas dan fungsi seorang ayah. Ayah yang mau bermusyawarah dan meminta pendapat dengan anak-anaknya,  memberi kesan mendalam kepada anak akan nilai-nilai kemasyarakatan, berani mengutarakan pendapat dan siap berlapang dada menerima pendapat orang lain.

Sebagian di masyarakat kita temukan betapa banyak para ayah yang tidak merasa penting terlibat dalam urusan pembinaan dan pendidikan anak dalam islam . Mereka beranggapan kewajiban pendidikan anak dalam islam urusan ibu, ayah hanya bertugas mencari nafkah. Lebih parah lagi jika sang ibu  dan ayah sama-sama bekerja, mereka tidak memiliki waktu yang cukup untuk pendidikan anaknya, bahkan  berpendapat pendidikan anak dalam islam  cukup diserahkan kepada pihak sekolah, orang tua    hanya wajib menyediakan biayanya.

Tanggung jawab pendidikan anak dalam islam  berada di pundak orang tua, lembaga pendidikan/sekolah hanya bersifat membantu dan bekerja sama dengan orang tua.

 

Bagaimana menanamkan nilai-nilai luhur pada anak?

  • Pentingnya Tarbiyah Islamiah

Tarbiyah Islamiyah atau pendidikan yang islami merupakan senjata yang paling utama dan ampuh dalam membangun generasi muslim yang kuat. Hal itu hanya bisa diwujudkan oleh pasangan suami istri yang memiliki pemahaman agama yang baik.

Rumah, keluarga, jalan, sekolah dan lingkungan menjadi bagian penting dalam menjalankan proses tarbiyah ini. Rumah dan keluarga menjadi sentral pertama dan utama dalam menjalankan program tarbiyah, karena sebagian waktu anak dihabiskan di rumah bersama keluarga, terutama ibu yang pengasuhnya.

Baitul muslim adalah rumah yang dihuni oleh keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, anak yang memiliki komitmen kuat terhadap Al-Qur’an dan Sunnah. Dalam rumah itu ditegakkan sendi-sendi kehidupan dalam tuntunan nilai-nilai agama.

Tarbiyah yang islami akan memberikan perlindungan kepada anak sejak awal kehadirannya di rahim ibunya jauh sebelum dilahirkan ke dunia. Dengan perlindungan tersebut anak-anak akan terhindar dari penyimpangan jahiliyah, menjaga akhlak, jasmani dan rohaninya agar tumbuh sesuai fitrah Allah.

Rumah dan keluarga menjadi pilar utama dalam membentuk kepribadian anak. Karena anak lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Maka pengasuh anak , siapapun dia menjadi sosok yang paling dominan dalam mempengaruhi kepribadian anak. Karena itu penting sekali bagi orang tua untuk menjadi pengasuh utama bagi darah dagingnya, karena dia akan menyayangi dan mendidik dengan sepenuh jiwa.

Akan sangat berbeda jika anak diasuh oleh orang lain, baik itu baby sitter, atau pembantu rumah tangga, atau neneknya sekalipun, mereka melakukannya dengan terpaksa, sekedar menjalankan kewajiban,tidak disertai dengan panggilan hati .

Secara fisik mungkin hasilnya terlihat sama asal terpenuhi gizi dan kebutuhan fisiknya, tetapi secara ruhani dan psikologis anak yang diasuh oleh ibunya akan jauh lebih unggul terutama dalam kedewasaan dan kematangan jiwa.

Imam Ad-daruqitni mengeluarkan hadits dari Abu Said Al Khudri . Berkata Rasulullah:” Berhati-hatilah terhadap Khodroo-uddaman ,para sahabat bertanya:”apakah yang dimaksud Khodroo-uddaman?    Rasulullah menjawab:” Wanita yang baik namun ia tumbuh dilingungan yang buruk (tempat tumbuh keburukan).

Hadits ini lebih ditujukan kepada mereka yang akan memilih calon pasangan, sebab wanita adalah ibu generasi, pada dirinya Allah ciptakan rahim untuk menyemai bibit manusia.

 

  • Membangun Generasi Cinta Qur’an

Hasil penelitian ilmu kedokteran terbukti bahwa janin sudah mampu mendengar sejak dalam rahim ibunya memasuki usia 16 minggu, meskipun secara bentuk pendengarannya itu baru akan sempurna pada usia 24 pekan, dan bayi baru siap lahir pada usia 40 pekan.

Ini pula mungkin rahasia firman Allah yang selalu mendahulukan kata pendengaran dari penglihatan dan hati, seperti  dalam surat  Al-Isro 36:

Ÿwur ß#ø)s? $tB }§øŠs9 y7s9 ¾ÏmÎ/ íOù=Ïæ 4 ¨bÎ) yìôJ¡¡9$# uŽ|Çt7ø9$#ur yŠ#xsàÿø9$#ur ‘@ä. y7Í´¯»s9’ré& tb%x. çm÷Ytã Zwqä«ó¡tB ÇÌÏÈ

  • Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.

Pendengaran manusia adalah alat indra yang pertama dan terakhir berfungsi,  bahkan dalam kondisi koma, tidak sadarkan diri, dalam situasi diambang kematianpun sesudah seluruh anggota badan tak berdaya, pendengaran masih berfungsi.

Ada percobaan seorang ibu yang memprogram bacaan Al-Qur’an kepada bayi sejak janin dalam kandungan. Majalah Tarbawi edisi 222 th 11/ 25 februari 2010. Memuat secara khusus tentang para muslimah yang melakukan pengajaran Qur’an kepada bayi mereka sejak dalam kandungan.

Adalah Nur Asiah yang memiliki hafalan 10 juz , membiasakan diri mengulang hafalannya sebanyak 5 juz setiap selesai sholat subuh. Dalam satu hari biasa membaca Al-Qur’an 10 juz. Seperti para ibu hamil pada umumnya, kondisi kehamilannya sebenarnya berat, sering mual-mual dan muntah, namun karena tekad dan semangat yang kuat untuk melahirkan generasi penghafal Qur’an, maka Nur Asiah tetap beusaha keras mengulang hafalannya setiap hari.

Dukungan suami sangat besar, selama masa kehamilan yang berat semua pekerjaan rumah tangga yang berat dilakukan oleh suaminya, Nur hanya melakukan pekerjaan yang ringan saja. Setiap selesai khatam Qur’an, Nur dan suami berdoa dengan khusyu’ sambil memegang perutnya. Memohon agar bayi yang lahir menjadi seorang penghafal Qur’an. Suasana cinta Qur’an senantiasa mereka hadirkan di dalam rumah.

Begitulah sejak masa kehamilan sampai bayi lahir, terus diiringi dengan lantunan ayat Qur’an. Saat bayi telah lahir, dikenalkan dengan huruf hijaiyah.  Usia dua tahun bacaan Qur’annnya sudah sangat bagus. Ketika masuk sekolah dasar sang putri tercinta sudah khatam satu kali.

Saat lulus SD hafalannya mencapai 5 juz, Taman tsanawiyah hafalan mencapai 10 juz  . Alhamdulillah pada kelas dua Aliyah sang buah hati bisa menghafal seluruh Al-Quran. Sebuah pencapaian hasil kerja keras anak dan orang tua selama bertahun-tahun. Begitulah Nur dan suaminya memotifasi anak-anak berikutnya untuk mencintai Al-Qur’an mengikuti jejak kakaknya.

  • Al-Qur’an Menjadi Kunci Ketenangan

Dalam surat Ar-Ra’d ayat 28 Allah berfirman:

tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä ’ûÈõuKôÜs?ur Oßgç/qè=è% ̍ø.ɋÎ/ «!$# 3 Ÿwr& ̍ò2ɋÎ/ «!$# ’ûÈõyJôÜs? Ü>qè=à)ø9$# ÇËÑÈ

  • (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.

Menurut penelitian para ilmuwan bayi sangat baik diperdengarkan alunan music klasik agar bisa tenang. Namun jauh sebelum para peneliti  menemukan teori tersebut Al-Qur’an sudah lebih dulu menggariskan bahwa ketenangan itu didapat dengan mengingat Allah. Bagi seorang muslim memperdengarkan alunan Al-Qur’an bukan saja membuat bayi menjadi tenang, namun sekaligus menjadi cara untuk mendidiknya mencintai Qur’an dan menghafalkannya sekaligus mengenalkan dan berkomunikasi dengan sang maha pencipta.

Adalah Farih , balita laki-laki berusia 3 tahun  di Al jazair  sangat fasih melantunkan ayat demi ayat dari Al-Quran.  Keamampuannya membaca  Al-Qur’an disaksikan ribuan pemirsa dari stasiun TV. Ia juga biasa diundang ke masjid-masjid oleh para jamaah yang merasa ia seorang anak ajaib “Ath-thiflul Mu’jizah”.

Kepada wartawan Ash-Shorouk Al yaum, ibunda farih megatakan , bahwa ia baru menyadari akan kemampuan  anaknya menghafal Al-Qur’an setelah ia melewati usia 2 tahun. Dan uniknya selama usia sebelum 2 tahun Farih belum bisa berbicara seperti anak seusianya.  Namun ketika usianya melewati dua tahun terjadi peristiwa luar biasa bagi Farih, kalimat pertama yang terucap secara baik dari mulutnya adalah potongan surat Al-kahfi.

Berdasarkan penuturan ibunya, selama kehamilannya ia biasa membaca Al-Qur’an, pada malam Jum’at biasa membacakan surat Al-kahfi. Yang menarik ,ibunya bukanlah seorang hafizhoh (penghafal Qur’an) tetapi ia biasa membacakan Qur’an baik  secara langsung atau melalui siaran televisi.

Hari-hari Farih biasa melantunkan ayat Qur’an meski sedang bermain. Jika ibundanya mengalihkan perhatiannya dengan hal lain misalnya film kartun, Farih menolak dan minta tetap mendengarkan Al-Qur’an.

Itulah contoh kongkrit perjuangan orang tua pendidikan anak dalam islam dengan sabar dan telaten tanpa bosan dan tak kenal lelah bertahun-tahun meniti jalan mendidik generasi yang cinta Qur’an.

  • Memberi Perhatian Khusus di Usia Emas

Para pakar telah membuktikan bahwa perkembangan otak manusia sangat pesat pada usia nol tahun sampai dengan lima tahun. Fenomena yang terjadi pada Farih bisa menjadi contoh kongkrit teori tersebut.

Mungkin sudah banyak dari kita yang mengetahui bahwa pendidikan anak dalam islam  harus dimulai sejak usia dini, tetapi dalam praktik sangat sedikit yang melakukannya. Sebagian besar orang tua melepaskan begitu saja anak-anak usia balita di depan Televisi, atau sengaja diberikan Handphone agar anaknya tidak rewel mengganggu aktifitas orang tuanya.

Keluarnya para wanita untuk bekerja diluar rumah, menjadikan sedikitnya waktu yang tersedia untuk bersama anak melakukan pendidikan dan pendampingan dalam menanamkan nilai-nilai luhur. Perkembangan anak dari hari ke hari lebih banyak didampingi oleh benda-benda mati seperti televise,Play station dan Hp yang bisa berdampak negatif pada dirinya.

Para pengasuh/ baby sitter  mesti diberi pemahaman dan pengawasan. Bisa jadi mereka menjadi perantara bagi anak/bayi yang diasuhnya mengenal tayangan porno dan kekerasan yang berbahaya bagi pekembangan anak. Umumnya para pengasuh yang berusia remaja sedang asyik-asyiknya menikmati hiburan baik dari tayangan televise atau HP. Hal ini akan berdampak serius bagi anak yang diasuhnya.

Samiyyah Humam seorang pemerhati anak mengatakan:” ketidak hadiran seorang ibu di sisi anaknya memiliki dampak besar dibanding ketidak hadiran seorang ayah. Karena ibu mampu mengisi ruang kosong dalam jiwa yang akan menciptakan rasa aman dan kestabilan dalam jiwa anak.

Psikolog Elly Risman mengatakan “Belaian dan kehangatan pelukan seorang ibu berdampak lebih dahsyat dari narkotika.” Anak yang terjerumus ke dalam kenakalan remaja dan pengguna narkoba bisa jadi salah satunya adalah karena kekurangan kasih sayang dari dalam rumah.

Akan sangat berbahaya bagi anak diusia emas, saat membutuhkan belaian kasih sayang dan sosok pendidik namun tidak mendapatkan asupan rohani yang semestinya dari orang tuanya. Kebanyakan para orang tua lebih sibuk memikirkan perkembangan jasmani anak, dan membanjiri anak dengan hadiah dan harta benda yang malah justru dapat membahayakan diri anak.

Sebaliknya mereka  kurang perhatian terhadap perkembangan kepribadian, penanaman aqidah dan nilai –nilai luhur seperti kejujuran, keberanian, kesopanan, kasih sayang, toleransi,  dan lain-lain. Tak mungkin nilai-nilai tersebut tertanam kuat jika anak deserahkan pendidikannya kepada pengasuh, bukan dilakukan sendiri oleh orang tuanya.

Jika anak dibanjiri dengan segala sarana dan fasilitas  harta-benda  seperti televisi,  Hp dan alat hiburan berupa kendaraan dan benda-benda lainnya, dapat mengakibatkan anak bermental lemah, kurang semangat berusaha, egois, mau menang sendiri, tidak suka tantangan, mudah menyerah.

Kehidupan yang serba berkecukupan mengajari anak bermental egois dan malas, karena tanpa bersusah payah mereka sudah mendapakan semua kesenangan yang membuat jiwa mudah terlena, lemah dan rapuh, generasi seperti ini tak mungkin diharapkan menjadi pelopor kebaikan, bisa jadi mereka malah menjadi beban masyarakat yang menimbulkan kerusakan.

Fasilitas yang berlebihan dan belum saatnya anak menikmati benda-benda tersebut, dapat merangsang anak untuk mencobanya. Hal tersebut bisa membahayakan dirinya dan orang lain.

(Ingat kasus kecelakaan anak artis terkenal , anak usia 13 tahun yang mengendarai mobil berkecepatan tinggi hingga menewaskan tujuh orang, ya… tujuh jiwa melayang, dan menyebabkan  11 anak menjadi yatim karena kematian ayah sebagai tulang punggung keluarga. Peristiwa ini terjadi di awal bulan  September 2013. Tak terbayangkan kesedihan dan penderitaan para keluarga yang menjadi korban. Meskipun mereka mendapatkan santunan dan biaya pendidikan, namun kehadiran seorang ayah tak akan dapat tergantikan dengan materi, karena pada diri ayah ada kehangatan, ada perlindungan dan kasih sayang)

Perasaan kasih sayang seorang ibu kepada anaknya muncul dari jiwa yang Allah tanamkan, bukan karena kewajiban menjalankan tugas. Akan sangat berbeda perlakuan seorang ibu yang mengasuh anaknya dibanding dengan perlakuan seorang pengasuh/ baby sitter atau orang yang menjaga penitipan anak.

Masyarakat telah bergeser pemahamannya dalam pendidikan anak dalam islam, mereka telah memindahkan peran keluarga kepada sekolah, hal tersebut akibat para ibu bekerja keluar rumah mengejar karier ,meninggalkan posisi mereka sebagai pendidik dan pengasuh anak yang sesungguhnya.

 

3.Bagaimana menanamkan nilai-nilai luhur agama kepada anak?

1.Rujukan yang benar

Dalam surat Lukman ayat 13-19 Allah tegaskan  rambu-rambu pendidikan anak dalam islam   melalui kisah Lukman yang berdialog dengan anaknya. Bagaimana Lukman sebagai seorang ayah sangat menjaga anaknya dari kerusakan akibat terpolusi oleh nilai-nilai yang mengandung kemusyrikan Sejak kecil anak dibentengi dengan nilai-nilai Qur’an agar tumbuh mengenal Tuhannya.

øŒÎ)ur tA$s% ß`»yJø)ä9 ¾ÏmÏZö/ew uqèdur ¼çmÝàÏètƒ ¢Óo_ç6»tƒ Ÿw õ8Ύô³è@ «!$$Î/ ( žcÎ) x8÷ŽÅe³9$# íOù=Ýàs9 ÒOŠÏàtã ÇÊÌÈ

  • Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”.

Ayat ini berisi penanaman aqidah dan pengenalan tauhid  kepada Allah, menjaga anak dari budaya jahiliyah yang banyak percaya dan meyakini bahwa ada benda-benda mati yang memiliki kekuatan gaib, meyakini jika melanggar adat akan mendapat bencana.

Betapa banyak kita temukan di masyarakat kisah-kisah tahayul dan mitos-mitos yang tanpa dasar meracuni keyakinan anak cucu kita. Cerita kurafat menjadi dongeng pengantar tidur, yang sering digunakan orang dewasa untuk menakut-nakuti anaknya supaya segera tidur.Padahal cerita itu bisa tertanam kuat dan membentuk imajinasi anak. Sehingga cerita-cerita tahayul tersebut bisa mengerdilkan nyali anak, hingga tumbuh menjadi anak yang penakut dan tak siap menghadapi tantangan.

$uZøŠ¢¹urur z`»|¡SM}$# Ïm÷ƒy‰Ï9ºuqÎ/ çm÷Fn=uHxq ¼çm•Bé& $·Z÷dur 4’n?tã 9`÷dur ¼çmè=»|ÁÏùur ’Îû Èû÷ütB%tæ Èbr& öà6ô©$# ’Í< y7÷ƒy‰Ï9ºuqÎ9ur ¥’n<Î) 玍ÅÁyJø9$# ÇÊÍÈ

  • Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya Telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun[1180]. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, Hanya kepada-Kulah kembalimu.

Diriwayatkan ada seorang sahabat yang berada dalam barisan tawaf sambil menggendong ibunya. Kemudian bertanya kepada Rasulullah: Apakah aku telah menunaikan haknya? (membalas jasa ibunya) jawab Nabi:” Tidak walaupun satu tarikan nafas.”

(Hadits riwayat Hafidz Abu Bakar Al-Bazzar dalam musnadnya dari Buraid)

Kasih ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang penggalan.Pengorbanan seorang ibu tak akan terbalas, meskipun seorang anak memberikan seluruh harta miliknya. Perintah berbakti kepada orang tua selalu beriringan dengan perintah menyembah Allah . Ini menandakan kedudukan seorang ibu sangat mulia dalam pandangan Islam.. Walaupun begity, ketaatan kepada orang tua hanya boleh dilakukan sebatas tidak bermaksiat kepada Allah.

Dalam kenyataannya di masyarakat, ibu yang sukses secara materi/ kaya, maka anak menjadi raja. Sebaliknya anak yang sukses, kebanyakan ibunya menjadi pelayan/ pengasuh cucunya. Bahkan ada anak yang durhaka menelantarkan kedua orang tuanya, seperti kisah cerita rakyat dari Sumatra barat, “Malin Kundang”

bÎ)ur š‚#y‰yg»y_ #’n?tã br& š‚͍ô±è@ ’Î1 $tB }§øŠs9 y7s9 ¾ÏmÎ/ ÖNù=Ïæ Ÿxsù $yJßg÷èÏÜè? ( $yJßgö6Ïm$|¹ur ’Îû $u‹÷R‘‰9$# $]ùrã÷ètB ( ôìÎ7¨?$#ur Ÿ@‹Î6y™ ô`tB z>$tRr& ¥’n<Î) 4 ¢OèO ¥’n<Î) öNä3ãèÅ_ötB Nà6ã¥Îm;tRé’sù $yJÎ/ óOçFZä. tbqè=yJ÷ès? ÇÊÎÈ

 

  • Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, Kemudian Hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang Telah kamu kerjakan.

Ayat ini turun berkenaan dengan Saad Bin Abi Waqqos yang masuk Islam tetapi mendapat halangan dan pertentangan dari ibunya, yang berusaha mengembalikannya kepada kekafiran.

¢Óo_ç6»tƒ !$pk¨XÎ) bÎ) à7s? tA$s)÷WÏB 7p¬6ym ô`ÏiB 5AyŠöyz `ä3tFsù ’Îû >ot÷‚|¹ ÷rr& ’Îû ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÷rr& ’Îû ÇÚö‘F{$# ÏNù’tƒ $pkÍ5 ª!$# 4 ¨bÎ) ©!$# ì#‹ÏÜs9 ׎Î7yz ÇÊÏÈ

 

  • (Luqman berkata): “Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus[1181] lagi Maha Mengetahui.

Luqman berusaha menanamkan nilai kebersamaan dengan Allah dan selalu merasa dalam pengawasan dan penjagan Allah kepada anaknya, agar sang anak bersemangat berbuat kebaikan dan tertanam rasa takut berbuat maksiat karena merasa selalu dalam pengawasan Allah yang maha teliti.

¢Óo_ç6»tƒ ÉOÏ%r& no4qn=¢Á9$# öãBù&ur Å$rã÷èyJø9$$Î/ tm÷R$#ur Ç`tã ̍s3ZßJø9$# ÷ŽÉ9ô¹$#ur 4’n?tã !$tB y7t/$|¹r& ( ¨bÎ) y7Ï9ºsŒ ô`ÏB ÇP÷“tã ͑qãBW{$# ÇÊÐÈ

 

  • Hai anakku, Dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan Bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).

Sesudah kuat fondasi aqidahnya, Lukman nelanjutkan dengan penanaman semangat berdakwah mengajak kebaikan dan bersabar dalam menapaki jalannya karena akan banyak kendala dan rintangan dalam menerapkan niali-nilai Islam di masyarakat.

¢Óo_ç6»tƒ ÉOÏ%r& no4qn=¢Á9$# öãBù&ur Å$rã÷èyJø9$$Î/ tm÷R$#ur Ç`tã ̍s3ZßJø9$# ÷ŽÉ9ô¹$#ur 4’n?tã !$tB y7t/$|¹r& ( ¨bÎ) y7Ï9ºsŒ ô`ÏB ÇP÷“tã ͑qãBW{$# ÇÊÐÈ

 

  • Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.

Lukman begitu lengkap dan cermat memberi nasihat, termasuk kemungkina kesusupan godaan rasa sombong dalam kecukupan. Karena sudah menjadi tabiat manusia jika mendapatkan nikmat cenderung seolah merasa semua atas usaha dirinya sendiri tanpa peran Allah dalam kesuksesannya itu. Merasa tidak membutuhkan Allah dan merasa kekayaannya dapat memberikan apa saja yang dia mau.

Sikap sombong adalah sikap iblis, yang harus dijauhi karena bisa menyengsarakan manusia, seperti kehancuran pasukan tentara Fir’aun yang merasa sombong dan enggan beriman kepada Musa.

ô‰ÅÁø%$#ur ’Îû šÍ‹ô±tB ôÙàÒøî$#ur `ÏB y7Ï?öq|¹ 4 ¨bÎ) ts3Rr& ÏNºuqô¹F{$# ßNöq|Ás9 ΎÏJptø:$# ÇÊÒÈ

  • Dan sederhanalah kamu dalam berjalan[1182] dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.

Nasihat Lukman yang terakhir agar anaknya bersikap tegas, berani, namun tetap  sederhana dan tetap berwibawa sebagai pertanda optimis memandang kehidupan. Bukan orang yang loyo, yang digambarkan bersuara seperti keledai karena malas dan tanpa semangat. Sikap demikian bisa mengerdilkan wibawa orang mukmin, Sebaliknya semangat hidup dapat menaikkkan wibawa seseorang.

[1180]  Maksudnya: Selambat-lambat waktu menyapih ialah setelah anak berumur dua tahun.

[1181]  yang dimaksud dengan Allah Maha Halus ialah ilmu Allah itu meliputi segala sesuatu bagaimana kecilnya.

[1182]  Maksudnya: ketika kamu berjalan, janganlah terlampau cepat dan jangan pula terlalu lambat.

 

Patut menjadi perhatian kita melakukan pendampingan dan pengawasan terus- menerus kepada anak –anak kita supaya mereka tumbuh dengan memiliki kematangan dan kedewasaan. Karena hal tersebut akan memberinya daya tahan dan kekuatan menerima tanggung jawab sesuai batas umurnya.

2.Keluarga Harmonis

Keluarga harmonis bukanlah keluarga tanpa konflik. Keluarga harmonis adalah keluarga yang setiap anggotanya menjalankan fungsinya sesuai posisinya. Seorang ayah adalah kepala keluarga /qowwam yang menjaga, mengayomi, melindungi dan menjadi panutan seluruh anggota keluaga dan bertanggung jawab penuh pada pemenuhan hak-hak dan kewajiban dan mengontrol berjalannya seluruh fungsi  anggota keluarga.

Seorang ibu berperan sebagai manajer yang bertanggung jawab pada urusan di dalam rumah, memenuhi tugas dan kewjibannya sebagai istri dan sebagai ibu. Dia bertanggung jawab pada harta suami yang diamanahkan kepadanya. Dialah ibu generasi yang bertanggung jawab menjaga anak keturunan suaminya, karenanya dia harus taat kepada suaminya sepanjang tidak melanggar syariat .

Anak-anak adalah buah perkawinan yang harus dijaga, dibesarkan dan dididik oleh kedua orang tuanya dengan mengenalkan Allah dan Rasulnya, dan menanamkan nilai-nilai Islam dengan teladan yang dicontohkan oleh kedua orang tuanya.

Jika ketiga unsur dalam rumah tersebut saling berkomunikasi dengan baik, saling menyayangi dan menghormati, in sya allah keluarga yang dibangun bisa mewujudkan keharmonisan yang berakibat langsung pada ketenangan jiwa para penghuninya, menjadi ladang amal dan tarbiyah yang baik bagi anak-anaknya.

Keluarga yang tidak utuh, meninggal atau bercerai bisa mengguncang keharmonisan dalam keluarga. Samiyyah Humam seorang peneliti masalah anak mengemukakan , dalam suatu riset didapatkan bahwa anak yang dibesarkan dalam lingkungan yang orang tuanya bercerai, atau meninggal dunia, pergi dalam waktu lama, atau sibuk mencari materi/ mengejar karier, anak tersebut akan memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

1.Cemburu kepada anak yang hidup dalam keluarga yang lengkap, yang bias melahirkan sikap benci, iri dan dengki

  • Perceraian yang terjadi pada orang tua dapat menghilangkan sikap loyalitas kepada orang tuanya dan kebingungan/jiwa yang labil.
  • Anakyang hidup dengan ibu/ayah tiri atau orang lain yang bukan kedua orang tua kandungnya akan memiliki sifat yang tertutup, egoism au menang sendiri.

Sumbangsih terbesar para orang tua kepada negara adalah jika bisa melahirkan anak-anak yang sholeh yang jadi asset bangsa dan generasi pengganti  untuk menerima tongkat estafet pemimpin negeri.

Generasi yang tangguh dilahirkan oleh keluarga yang teguh menjaga nilai-nilai keluhuran dan mewariskan peradaban dan kemuliaan kepada penerusnya. Mereka akan terus tersambung selama aqidah mereka terpelihara. Kelak mereka akan berkumpul di surga bersama para leluhurnya. Seperti yang Allah gambarkan dalam surat Ath-Thur ayat 21:

“Dan orang-orang yang beriman beserta anak cucu mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan, kami pertemukan mereka dengan anak cucu mereka (di dalam surga) dan kami tidak mengurangi sedikitpun pahala amal mereka.Setiap orang terikat dengan apa yang dikerjakannya.”

Contoh kehidupan keluarga banyak dimuat dalam Al-Qur’an, diantaranya keluarga para nabi seperti kisah nabi Ibrahim, Kisah keluarga Imron, kisah para istri nabi. Namun ada pula kisah yang harus diambil pelajaran seperti kisah keluarga nabi Luth dan nabi Nuh. Yang paling dekat tentu saja kisah kehidupan Rasulullah , para sahabat tabiin, dan para salafusholeh, pendidikan anak dalam islam mewariskan mereka nilai-nilai keluhuran Islam.

Hkazanah peradaban Islam sangat kaya dalam melahirkan para tokoh mulia yang berjuang sungguh-sungguh menegakkan kejayaan Islam. Para Tabi’in dan salafus sholeh menjadi gudang inspirasi dalam melahirkan generasi rabbani.

3.Lingkungan danTeladan yang baik

Teladan merupakan metode pendidikan yang paling efektif dibandingkan dengan seribu kata-kata verbal/ ucapan . Teladan adalah bahasa tubuh yang paling mudah ditangkap anak karena ia menggunakan visual untuk menangkap pesan yang tersampaikan. Cara orang tua bicara, duduk, berjalan, menyambut tamu, mengurus rumah, mengurus pekerjaan, semua dipotret oleh kamera alam bawah sadar anak.

Setiap hari anak bergaul dengan orang-orang disekitarnya dan menangkap semua peristiwa di depan matanya dan langsung diserap oleh otak. Karena itu orang tua harus berhati-hati dalam berperilaku. Karena bias jadi anak mendapatkan teladan yang salah. Misalnya anak yang menyaksikan ayah ibunya bertengkar, atau seorang ayah yang peroko, otomatis mengajarkan anak perilaku negative.

Faktor yang tidak kalah pentingnya adalah lingkungan dimana anak tersebut berada. Lingkungan yang baik akan memberikan “gizi “ yang baik bagi pertumbuhan mental kejiwaan anak. Sebaliknya lingkungan yang rusak akan menanamkan benih kerusakan pada jiwa anak.

Rasulullah disusukan oleh Halimatus Sa’diyah sebagai cara orang Makkah memberikan lingkungan yang baik bagi anak-anaknya, karena Halimah tinggal di desa yang alamnya lebih subur dan lebih sehat. Disamping itu perilaku penduduknya berbudi pekerti halus, dan bahasa Arabnya masih asli (fushah). Sedangkan di Makkah lingkungan sangat keras dan tercemar dengan kehidupan yang sering terjadi peperangan dan lalu-lintas manusia dari berbagai kabilah yang akan mengunjungi ka’bah.

Orang tua perlu menciptakan lingkungan yang kondusif untuk pertumbuhan anak-anaknya. Anak yang dibesarkan dalam lingkungan islami akan sangat berbeda dengan anak yang dibesarkan di pasar atau dijalan atau di terminal. Karena anak menyerap semua informasi yang ada di lingkungannya.

Orang tua juga harus tahu kepada siapa anaknya bermain, karena lingkungan pergaulan anak juga sangat mempengaruhi kepribadian anak. Teman-teman pergaulan anak harus kita kenal satu-persatu, kalau dimungkinkan kenal juga dengan orang tuanya, supaya bias bekerja sama dalam mendidik dan mengawasi anak.

Makin bertambah usia anak, rasa ingroupnya makin kuat dan makin sedikit ketergantungan dengan orang tua. Sehingga pada masa-masa remaja banyak orang tua yang sering berseteru dengan anak karena perbedaan cara pandang dalam bersikap.

Semua itu bukan berarti tidakboleh bergaul, atau  anak disekap /di kerangkeng tidak boleh bergul dengan dunia luar, namun bagaimana orang tua dapat menanamkan nilai-nilai agama dalam jiwa anak, hingga anak bisa memilih dan memilah kepada siapa dia bergaul. Fondasi yang kokoh dari rumah akan membentengi anak dari serbuan kerusakan di lingkungan luar, hingga anak tidak mudah terbawa arus pergaulan yang merusak.

Ada banyak teladan yang dapat dijadikan model pendidikan anak dalam islam, Islam sangat kaya dengan tokoh-tokoh pahlawan dan pejuang yang mempersembahkan diri dan prestasi untuk kejayaan Islam.

 

***.Ruqoyah Ridwan.

Daftar Pustaka:

Tafsir Al Maraghi. Terj.  Ahmad Musthofa Al maraghi. Thoha Putera . Semarang cet. Ke2. Th1993

Tafsir Fi Zhilalil Qur’an dan Terjemah, Sayyid Qutb . GIP. Jakarta 2004

Melejitkan Potensi Moral dan Spiritual Anak. Khalid Ahmad Syantut. Syamil,Bandung 2007

Al-Qur’an terjemah, Depag

Majalah Tarbawi edisi 222 th 11,  Rabiul Awal 1431/ 25 Februari 2010

Tinggalkan Balasan

Alamat email anda tidak akan dipublikasikan. Required fields are marked *