Mau Bahagia…. ?Ayo puasa!

Mau Bahagia…. ?Ayo puasa!

Bahagia kok disuruh puasa, ga salah…? Bahagia itu bukannya bersenang- senang, makan –makan?

Siapa bilang bahagia itu identik dengan makan-makan? Karena bahagia itu adanya di hati, rasa puas karena berhasil mencapai suatu target, dengan segala ujian dan rintangan. Kalau hidup tanpa ujian dan rintangan, itu mah… datar-datar saja. Tidak ada gregetnya, tidak menggugah rasa, tidak menguji nyali. Orang yang sedang kehausan di padang pasir tandus, mana lebih bahagia ia menemukan air atau menemukan emas?. Tentu lebih bahagia menemukan air. Pendaki gunung tentu akan bahagia jika sampai ke puncak. Karena telah berhasil mengatasi segala rintangan.

Terus… apa hubungannya kebahagiaan dengan puasa?

Jelas ada, karena Rasulullah SAW bersabda:

“Orang yang berpuasa memiliki dua kebahagiaan. Satu kebahagiaan saat berbuka dan satu kebahagiaan lagi saat berjumpa dengan Robbnya.” (H.R. Muslim)

Bahagia pertama saat berbuka

Orang yang berpuasa dia harus bersabar menahan diri dari hal-hal yang membatalkannya. Dari makan dan minum, dari bergaul dengan istri sesuatu yang sebenarnya halal dilakukan dalam keadaan diluar puasa. Rasa haus dahaga diterik matahari, kering kerongkongan, keriput bibir, bahkan ada yang sampai terkelupas  karena menahan dahaga selama bulan Ramadhan, akan segera menemukan ujung tepian pada saat azan maghrib berkumandang. Karena saat itu beduk  tanda akhir dari penantian, dibukanya tali pengekang. Seluruh hidangan yang tersaji di meja makan, sudah dapat dinikmati. Setenguk air sepotong buah, sebutir korma cukup untuk membuka simpul kekang itu.

Kebahagiaan ini hanya dapat dinikmati oleh orang yang berpuasa. Kebahagiaannya tentu berbeda dengan misalnya orang yang datang ke pesta jamuan dan dipersilahkan makan sepuasnya gratis-tis. Karena orang yang datang ke pesta itu tidak melalui perjuangan menahan lapar dan haus. Meskipun hidangan yng tersaji lebih banyak, lebih bervariasi, lebih mahal, tetap tidak dapat menggantikan rasa bahagia orang yang berbuka puasa. Kebahagiaan ini juga karena merasa telah diberi kemampuan menyelesaikan tugas puasa dengan baik.  Dengan begitu kini ia merasa lebih sehat, baik secara fisik maupun psikis. Karena telah melakukan terapi dari berbagai penyakit jasmani maupun rohani. Kebahagiaan itu datang setiap hari selama bulan Ramadhan. Kebahagiaan itu akan lebih besar manakala diujung bulan Ramadhan saat merayakan Idul Fitri.

Idul Fitri berarti saatnya berbuka, bersuka cita merayakan nikmat dan anugrah berupa keberhasilan menahan dahaga, mengekang hawa nafsu dan melatih diri dalam kesabaran meniti jalan kesukaran. Sekali lagi, kebahagiaan ini hanya bisa dinikmati oleh orang yang berpuasa. Dan bagi mereka yang melalaikan puasa, akan menyesal walaupun ia turut merayakan idul fitri, bahkan memakai baju baru, namun kehilangan nilainya. Hati manusia tidak bisa berbohong kepada diri sendiri.

Gembira pada waktu berbukapun hakekatnya adalah ibadah dan dzikir yang berpahala. Tidak melakukan aktifitas makan minum yang berlebihan. Karena perut yang sebelumnya kosong akan terkejut jika menerima makanan sekaligus banyak dan berat, tetapi makanlah secukupnya dan secara bertahap. Karena beberapa saat kemudian akan ada ibadah berikutnya yaitu  shalat tarawih. Ibadah shalat tarawih akan nikmat dilakukan jika perut tidak penuh. Aktifitas rukuk dan sujud menjadi nyaman.

Waktu berbuka disambut gembira, karena saat itu adalah waktu diijabah doa, saat yang tepat untuk berdoa karena orang yang berbuka puasa doanya dikabulkan Allah. Saat berbuka puasa adalah momentum terbaik untuk beristi’anah ( meminta pertolongan) Banyak-banyaklah memohon saat berbuka segala urusan dunia maupun akhirat. Karena puasa mendekatkan jarak antara Allah dengan hambanya. Rasululah bersabda:

” Orang berpuasa memiliki kesempatan berdoa yang tidak akan ditolak pada saat berbuka. (H. R. Ibnu Majah)

Khalifah yang arif bijaksana, Umar bin Abdul Aziz mengumpulkan anggota keluarganya untuk berdoa bersama-sama saat berbuka puasa. Hendaknya berkumpul dengan keluarga ini mulai kita biasakan. Memang berbuka puasa menjadi ajang kumpul keluarga di meja makan. Tidak banyak orang yang bisa berkumpul bersama keluarga karena berbagai kesibukan, namun biasanya saat Ramadhan hal ini menjadi suatu yang spesial sehingga banyak yang berusaha sampai di rumah sebelum maghrib sehingga bisa berbuka bersama keluarga. Nah saat berkumpul ini jangan disia-siakan kesempatan untuk berdoa. Setiap anggota keluarga memiliki hajat sendiri-sendiri. Sampaikanlah hajat itu kepada Allah SWT dengan doa yang diaminkan bersama oleh anggota keluarga. Dan itu adalah sebuah kebahagiaan.

Kebahagiaan kedua adalah saat berjumpa dengan Robbnya

Orang yang berpuasa, berjuang mengendalikan hawa nafsu dari hal-hal yang dilarang atas dasar keimanan dan keikhlasan. Meskipun tak ada yang melihat, meskipun ada suguhan lezat memikat, dia tidak akan rela membatalkan niat puasanya. Nah… kemampuan menahan nafsu ini sangat diapresiasi oleh Allah SWT, sehingga mendapat ganjaran pahala yang tak terhingga. Balasan ini lebih dari apa yang disangka. Menurut Ibnu Uyainah, pahala puasa adalah satu-satunya pahala yang tidak dapat digerogoti orang lain di akhirat kelak.

Puasa di akhirat akan menjadi perisai dari jilatan api neraka. Rasulullah SAW bersabda:

“Puasa itu adalah perisai yang membentengi dari neraka” (H.R. Ahmad dan Bayhaqi)

Jaminan syafaat dan sambutan hangat di pintu Rayyan.

Siapapun dia termasuk jin, malaikat, berhala yang disembah, keris-keris bertuah, batu jimat  tidak dapat memberi syafaat (memberi pertolongan) kepada manusia di akhirat. Syafaat menjadi otoritas Allah SWT . Namun Allah SWT memberikan izin untuk memberi syafaat kepada siapa yang dikehendaki. Sebagaimana dalam surat Al-Baqoroh ayat 255:

 

ª!$# Iw tm»s9Î) žwÎ) uqèd ÓyÕø9$# ãPq•‹s)ø9$# 4 Ÿw ¼çnä‹è{ù’s? ×puZř Ÿwur ×PöqtR 4 ¼çm©9 $tB ’Îû ÏNºuq»yJ¡¡9$# $tBur ’Îû ÇÚö‘F{$# 3 `tB #sŒ “Ï%©!$# ßìxÿô±o„ ÿ¼çny‰YÏ㠞wÎ) ¾ÏmÏRøŒÎ*Î/ 4 ãNn=÷ètƒ $tB šú÷üt/ óOÎgƒÏ‰÷ƒr& $tBur öNßgxÿù=yz ( Ÿwur tbqä܊Åsム&äóÓy´Î/ ô`ÏiB ÿ¾ÏmÏJù=Ï㠞wÎ) $yJÎ/ uä!$x© 4 yìřur çm•‹Å™öä. ÏNºuq»yJ¡¡9$# uÚö‘F{$#ur ( Ÿwur ¼çnߊqä«tƒ $uKßgÝàøÿÏm 4 uqèdur ’Í?yèø9$# ÞOŠÏàyèø9$# ÇËÎÎÈ

  1. Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan dia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.

Manusia yang sudah pasti mendapat izin utuk memberi syafaat adalah baginda nabi Muhammad SAW. Al-Qur’an dan puasa juga termasuk yang diberi izin untuk memberikan syafaat kepada orang yang terbiasa melakukannya, berinteraksi dengannya sebagai balasan atas jerih payahnya menahan diri dari hal-hal yang dilarang. Rasulullah bersabda: ” Puasa dan Al-Qur’an memberikan syafaat kepada hamba di hari kiamat . Puasa berata: Wahai Robbku aku telah menghalanginya dari maka minum dan syahwat, maka berilah aku restu memberikan syafaat kepadanya. Al-Qur’an berkata : Wahai Robbku, aku telah menghalanginya dari tidur di malam hari, maka berilah aku restu memberi syafaat kepadanya, lalu keduanya diberikan restu memberikan syafaat.” (H.R. Ahmad dan Thabarany)

Keistimewaan lain bagi orang berpuasa adalah disediakan pintu khusus untuk menyambut para ahli berpuasa di dalam surga.  Mereka akan disambut di pintu Ar-Rayyan. Secara bahasa Ar-Rayyan berarti menyegarkan lawan dari mendahagakan.  Karena orang yang memasuki pintu ini dia tidak akan dahaga selamanya. Rayyan ini ibaratnya pintu VIP yang dikhususkan bagi orang-orang yang berpuasa.

Rasulullah bersabda:”Sesungguhnya di surga terdapat pintu yang dinamakan pintu Rayyan yang khusus dimasuki oleh orang-orang yang berpuasa pada hari kiamat. Selain mereka tidak akan ada yang bisa memasuki pintu itu. Dikatakan:” Dimana orang-orang yang berpuasa? Orang-orang yang berpuasa kemudian bangkit, dan menuju pintu itu, jika mereka telah memasukinya, maka pintu surga itu ditutup dan tidak ada seorangpun yang dapat memasukinya. (H.R. Bukhory dan Muslim)

Syafaat yang menjadi jaminan orang yang berpuasa, dan pintu Rayyan yang menyambut hangat mereka di surga adalah merupakan balasan dari Allah SWT bagi orang yang menjadikan puasa sebagai amalan andalannya.

Demikianlah dua kebahagiaan yang dijanjikan Allah SWT bagi para shooimiin dan shooimaat. Berbahagialah mereka yang menjalankan ibadah puasa. Karena kebahagiaan itu sudah mereka dapatkan meskipun jasad mereka masih berada di dunia. Kebahagiaan itu semakin melimpah manakala mereka bertemu dengan Rabbnya di surga.*** Ruqoyah Ridwan.

Sumber:

Puasa menuju Sehat Fisik dan Psikis. Ahmad Syarifuddin. Jakarta Gema Insani Press. 2004

Sumber-sumber lain.

Tinggalkan Balasan

Alamat email anda tidak akan dipublikasikan. Required fields are marked *